https://walennae.unhas.ac.id/index.php/walennae/issue/feedWALENNAE: Jurnal Arkeologi Sulawesi Selatan dan Tenggara2024-07-31T07:57:22+00:00Fakhri, SSfakhri@kemdikbud.go.idOpen Journal Systems<p>Walennae: Journal Arkeologi Sulawesi Selatan dan Tenggara begins to be published online with the Open Journal System (OJS) at the link: <a href="https://walennae.kemdikbud.go.id/">http://walennae.kemdikbud.go.id</a> . In the same year, it was accredited by Sinta Level 2 with number <a href="https://drive.google.com/file/d/1cT5anB3o-X-fcC5uyhSqYQ8PSb0Xapwi/view" target="_blank" rel="noopener">10/E/KPT/2019</a> by the Ministry of Research, Technology and Higher Education (RISTEKDIKTI) of the Republic of Indonesia.</p> <p><br />Starting in 2023, the Management of the Walennae: Journal Arkeologi Sulawesi Selatan dan Tenggara, which was previously under the auspices of the Balai Arkeologi Sulawesi Selatan, will be transferred under the auspices of the Department of Archaeology, Faculty of Cultural Sciences, Hasanuddin University. The process of accepting and publishing articles for the next volume will be carried out at the following link: <a href="https://walennae.unhas.ac.id/index.php/walennae" target="_blank" rel="noopener">https://walennae.unhas.ac.id.</a></p> <p><strong><a href="http://sinta2.ristekdikti.go.id/journals/detail?id=4004" target="_blank" rel="noopener"><img src="https://walennae.kemdikbud.go.id/public/site/images/hasan/sinta-s2.png" alt="" width="228" height="64" /> </a> </strong></p>https://walennae.unhas.ac.id/index.php/walennae/article/view/787Cover2024-07-31T07:23:20+00:00Tim Redaksi Walennaejurnal.walennae@gmail.com2024-07-31T00:00:00+00:00Copyright (c) 2024 WALENNAE: Jurnal Arkeologi Sulawesi Selatan dan Tenggarahttps://walennae.unhas.ac.id/index.php/walennae/article/view/788Preface2024-07-31T07:38:05+00:00Tim Redaksi Walennaejurnal.walennae@gmail.com2024-07-31T00:00:00+00:00Copyright (c) 2024 WALENNAE: Jurnal Arkeologi Sulawesi Selatan dan Tenggarahttps://walennae.unhas.ac.id/index.php/walennae/article/view/761LABORATORY ANALYSIS OF THE POTTERIES QUALITY FROM 13 ANCIENT TEMPLES IN CENTRAL JAVA FROM THE 8TH TO 10TH CENTURY2024-03-13T01:36:28+00:00Rusyanti Rusyantirusyanti08@gmail.comM. Fadhlan S.Irusyanti08@gmail.comWanny Rahardjorusyanti08@gmail.comSunarningsihrusyanti08@gmail.comAdi Dian Setiawanrusyanti08@gmail.comKatrynada Jauharatnarusyanti08@gmail.com<p><em>Pottery artifacts are most commonly found in archaeological sites, both in worship sites (sacred) and in settlement sites (profane). Pottery is found on the ground surface through surveys as well as in the ground through excavations. Many temple sites in Central Java from the 8th to the 10th centuries were found with pottery. Pottery research reveals many aspects, including form, style, technique, and chronology. The most common research is the reconstruction of form and ornamental style, and the least researched is the extent of the quality of the pottery found through laboratory analysis due to the lack of reference sources that can be used as a benchmark in an archaeological context. The pottery quality classification in Susanto Soegondho's dissertation in 1993 can be used as a relevant reference to measure the quality. The results of the identification of the physical and chemical pottery from 13 temple sites in Central Java analyzed in this paper belong to the category of medium to good quality. This level of quality is related to the quality of pottery that can be used as daily ware containers, both dry and wet material.</em></p> <p> </p> <p> </p> <p> </p> <p>Artefak tembikar paling sering ditemukan di situs-situs arkeologi baik di situs peribadatan (sakral) maupun di situs permukiman (profan). Tembikar ditemukan di permukaan tanah melalui survei maupun di dalam tanah melalui ekskavasi. Situs-situs candi di Jawa Tengah dari abad ke-8 hingga abad-10 banyak ditemukan dengan tembikar. Penelitian tembikar mengungkap banyak aspek dari bentuk, gaya, teknik, hingga kronologi. Penelitian yang paling sering dilakukan adalah rekonstruksi bentuk dan gaya hias, sedangkan penelitian terkait kualitas tembikar yang ditemukan melalui analisis laboratoris masih jarang dilakukan karena minimnya sumber rujukan yang dapat dijadikan patokan dalam konteks arkeologis. Klasifikasi kualitas tembikar dalam disertasi Susanto Soegondho tahun 1993 dapat digunakan sebagai acuan yang relevan untuk mengukur kualitas tersebut. Hasil identifikasi sifat fisik dan kimia tembikar dari 13 situs candi di Jawa Tengah yang dianalisis dalam tulisan ini, termasuk kategori kualitas sedang hingga kualitas baik. Tingkat kualitas tersebut berkaitan dengan kualitas tembikar yang dapat dipakai sebagai wadah baik kering maupun wadah basah yang dipakai sehari-hari.</p>2024-07-31T00:00:00+00:00Copyright (c) 2024 WALENNAE: Jurnal Arkeologi Sulawesi Selatan dan Tenggarahttps://walennae.unhas.ac.id/index.php/walennae/article/view/760SETTLEMENT SPATIAL PLANNING AND CULTURAL SYSTEM OF TANJUNG LEWORAJA SITE REGENCY, LEMBATA DISTRICT2024-03-25T03:36:01+00:00Hamdan Hamadohamadohamdan93@gmail.comKhadijah Thahir Mudakhadijah@unhas.ac.idMuhammad NurNur110970@gmail.com<p><em>Tanjung Leworaja is one of the megalithic settlement sites located in Pantai Harapan Village, Wulandoni Subdistrict, Lembata District. This research aims to understand the function of several megalithic remains within the site and to explore the spatial layout of the site, providing insights into the cultural system practiced by the early inhabitants of Tanjung Leworaja. This study employs a descriptive-analytical approach using methods of data collection that include literature reviews, field surveys, and interviews. Data processing is conducted through functional analysis and spatial analysis to examine the distribution of the remains, as well as historical and ethnographic analysis. Explanations are provided by correlating various data analysis results to gain an understanding of the research questions. The findings indicate that the Tanjung Leworaja site was a settlement with a spatial layout divided into three areas: residential, religious, and agricultural spaces. Furthermore, the cultural system that once existed at the Tanjung Leworaja site included a religious system and livelihood system. The religious practices of the site's past inhabitants were part of a local religion known as "Lera Wulan Tana Ekan," while the livelihoods prevalent at the Tanjung Leworaja site were those of farmers and fishermen.</em></p> <p> </p> <p><strong> </strong></p> <p>Tanjung Leworaja merupakan salah satu situs bekas pemukiman megalitik yang terletak di Desa Pantai Harapan, Kecamatan Wulandoni, Kabupaten Lembata. Penelitian ini bertujuan untuk memahami fungsi dari sejumlah tinggalan megalitik di situs tersebut serta mencoba memahami bentuk tata ruang situs dan memberikan gambaran tentang sistem budaya yang pernah dipraktikkan oleh masyarakat awal penghuni situs Tanjung Leworaja. Penelitian ini bersifat deskriptif analitis dengan menerapkan metode pengumpulan data melalui kajian pustaka, survei lapangan, dan wawancara. Pengolahan data dilakukan melalui tahapan analisis fungsional dan analisis keruangan untuk melihat sebaran tinggalan, serta analisis historis dan etnografi. Eksplanasi dilakukan dengan mengaitkan berbagai hasil analisis data untuk memperoleh gambaran mengenai jawaban dari pertanyaan penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa situs Tanjung Leworaja merupakan situs pemukiman dengan tata ruang yang terbagi menjadi tiga bagian, yakni ruang hunian, ruang religi, dan ruang pertanian. Lebih lanjut, sistem budaya yang pernah berlangsung di situs Tanjung Leworaja terdiri dari sistem religi dan mata pencaharian. Sistem religi pada masyarakat masa lalu penghuni situs Tanjung Leworaja adalah agama lokal yang dikenal dengan istilah “<em>Lera Wulan Tana Ekan</em>”, sedangkan mata pencaharian masyarakatnya adalah petani dan nelayan.</p>2024-07-31T00:00:00+00:00Copyright (c) 2024 WALENNAE: Jurnal Arkeologi Sulawesi Selatan dan Tenggarahttps://walennae.unhas.ac.id/index.php/walennae/article/view/754MOBILE GIS APPLICATION FOR COLLECTION AND RENEWAL OF ROCKART DATA IN THE MAROS-PANGKEP KARTS AREA2024-04-28T12:31:44+00:00Imran Ilyasimranilyas2023@gmail.comMuhammad Nurilyasi19f@student.unhas.ac.idIlham Alimuddinilyasi19f@student.unhas.ac.idAkin Duliilyasi19f@student.unhas.ac.idRosmawatiilyasi19f@student.unhas.ac.id<p><em>The prehistoric cave paintings in the Maros-Pangkep Karst Area are treasures and pride that need to be conveyed and preserved from generation to generation. However, the prehistoric cave paintings in this area are gradually experiencing a decline in quality. Before finding the proper way to inhibit the deterioration of these cave paintings, efforts must be made to develop an effective and efficient method of documentation, both in data collection and digital data updates for the prehistoric images at the cave sites in the Maros-Pangkep Karst Region. The main issues faced are the damage to the prehistoric cave paintings and the need for continuous monitoring of their condition. This research is conducted by collecting data using geodetic GPS and Total Station mapping instruments. The gathered data is then processed using the ArcGIS Online platform and visualized through ArcGIS Field Map, allowing the recording and updating of data to be done via smartphones. This method enables effective and efficient tracking and recording of prehistoric cave images, monitoring changes to the cave paintings over time. This study conducted measurements and recordings of cave images in Leang Pettae, along with the creation of cave maps. With the implementation of this method, it is hoped that the identification, monitoring, and preservation of prehistoric cave images at the cave sites in the Maros-Pangkep Karst Region can be facilitated</em></p> <p> </p> <p> </p> <p>Gambar gua prasejarah di Kawasan Karst Maros-Pangkep merupakan kekayaan dan kebanggaan yang perlu tersampaikan dan dipertahankan dari generasi ke generasi. Namun, gambar-gambar gua prasejarah di Kawasan ini lambat laun mengalami proses penurunan kualitas, sebelum ditemukan cara tepat untuk menghambat penuruan kerusakan gambar gua prasejarah, perlu dilakukan upaya untuk mengembangkan metode pendokumentasian baik pengumpulan maupun pembaharuan data digital terhadap gambar-gambar prasejarah pada situs gua di Kawasan Karst Maros-Pangkep secara efektif dan efesien. Permasalahan pokok yang dihadapi adalah kerusakan gambar prasejarah dan kebutuhan akan pemantauan kondisi gambar secara berkelanjutan. Penelitian ini dilakukan dengan melakukan pengumpulan data menggunakan instrumen pemetaan dengan Global Navigation Satellite System (GNSS) dan Total Station. Data yang terkumpul kemudian diolah menggunakan platform ArcGIS Online dan divisualisasikan melalui ArcGIS Field Map, sehingga proses pencatatan maupun pembaharuan data dapat dilakukan melalui perangkat ponsel pintar. Metode ini memungkinkan pelacakan dan pencatatan gambar prasejarah secara efektif dan efisien, sebagai bentuk pemantauan perubahan gambar prasejarah dari waktu ke waktu. Dalam penelitian ini, telah dilakukan pengukuran dan pencatatan gambar-gambar gua di Leang Pettae, serta pembuatan denah gua. Dengan adanya metode ini, diharapkan dapat mempermudah identifikasi, pemantauan, dan pelestarian gambar-gambar prasejarah pada situs gua prasejarah di Kawasan Karst Maros-Pangkep.</p>2024-07-31T00:00:00+00:00Copyright (c) 2024 WALENNAE: Jurnal Arkeologi Sulawesi Selatan dan Tenggarahttps://walennae.unhas.ac.id/index.php/walennae/article/view/776THE HISTORY OF DOWNSTREAM LANDSCAPE MODIFICATION OF THE BENGAWAN SOLO RIVER IN THE LATE 19TH CENTURY2024-04-01T01:48:59+00:00Harriyadi Harriyadiharriyadi93@gmail.comHikmana A. Wiryandarahikmanaarafah@gmail.comDimas Nugrohodimasnugroho020791@gmail.comDewangga Eka Mahardiandewanggaeka18@gmail.comKatrynada Jauharatna Jauharatnakatrynada.jauharatna@gmail.comM. Fauzi Hendrawanmoch055@brin.go.idLolita Refani Lumban Tobingloli001@brin.go.id<p><em>The Bengawan Solo River has a significant role in Java's economic growth. Massive deforestation caused floods in Bengawan Solo. In the 19<sup>th</sup> century, the colonial government launched a large-scale project, namely solo-valleiwerken, to create an irrigation and flood control system. The project includes dam construction and land modification along the Bengawan Solo. There are indications of channel modification, indicated by the change in the river estuary in the 19<sup>th</sup>-20<sup>th</sup> century maps, which initially faced the Madura Strait and then changed towards the Ujung Pangkah, North Java Sea. The research was conducted to uncover spatial and time aspects related to environmental changes and the impact of modifications downstream of the Bengawan Solo River by the colonial government in the 19<sup>th</sup> century. Gathering data includes collecting historical maps and archives that relate to its projects. Map analysis was carried out by overlay technique between historical and current maps, while archival data was traced to find chronological details and historical events. The downstream river channel was diverted to Ujung Pangkah to reduce the impact of sedimentation. This resulted in the shallowing of the Madura Strait, the main trade traffic route in Surabaya Port, East Java.</em></p> <p> </p> <p> </p> <p style="font-weight: 400;">Sungai Bengawan Solo berperan penting dalam pertumbuhan ekonomi di Jawa. Deforestasi yang masif turut menyebabkan banjir di Bengawan Solo. Pemerintah kolonial pada akhir abad ke-19, meluncurkan proyek skala besar yaitu <em>solo-valleiwerken </em>untuk membuat sistem irigasi dan pengendalian banjir. Proyek mencakup pembuatan bendungan dan modifikasi lahan sepanjang aliran Bengawan Solo. Tampak adanya indikasi modifikasi alur yang diindikasikan dengan perubahan muara sungai dalam peta abad ke-19--20 yang mulanya menghadap Selat Madura kemudian berubah berubah menuju daerah Ujung Pangkah menghadap Laut Jawa. Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mengungkap aspek spasial dan waktu terkait dengan perubahan lingkungan dan dampak dari modifikasi bagian hilir Sungai Bengawan Solo yang dilakukan oleh pemerintah kolonial pada akhir abad ke-19. Data yang dikumpulkan dalam kajian berupa peta kuno dan arsip sejarah yang berkaitan dengan modifikasi alur Sungai Bengawan Solo bagian hilir. Analisis peta dilakukan dengan teknik tumpang susun antara peta kuno dengan peta terkini sedangkan data arsip ditelusuri guna mengetahui detail kronologis dan latar belakang peristiwa. Alur sungai bagian hilir dialihkan menuju Ujung Pangkah guna mengurangi dampak sedimentasi yang berakibat pada pendangkalan Selat Madura yang kala itu menjadi jalur lalu lintas utama perdagangan menuju pelabuhan Surabaya di Jawa Timur.</p>2024-07-31T00:00:00+00:00Copyright (c) 2024 WALENNAE: Jurnal Arkeologi Sulawesi Selatan dan Tenggarahttps://walennae.unhas.ac.id/index.php/walennae/article/view/778WRITING MEDIA ON ULU INSCRIPTIONS AND MANUSCRIPTS IN THE SOUTHERN SUMATRA REGION2024-04-17T04:42:16+00:00Wahyu Rizky Andhifaniwrandhifani.1981@gmail.comNinie Susanti Tedjowasononiniesusanti@gmail.com<p><em>Inscriptions and manuscripts in Ulu script are evidence of written sources in the Southern Sumatra region.</em> <em>In writing these inscriptions and manuscripts use a script known as Ulu script. In its early development, the Ulu script was a derivative of the pallava script which developed in the archipelago.</em> <em>The question that arises in this research is an inventory of inscriptions and manuscripts in the Ulu script in the Southern Sumatra region, both of which are stored in the community and in museums and also what media are used in writing the Ulu script. This article focuses on data findings in the Southern Sumatra region, namely South Sumatra, Jambi and BengkUlu. From data from 2009 to 2016, the author obtained 217 inscriptions and manuscripts in Ulu script, consisting of 183 inscriptions (horn, stone, rattan and bamboo) and 34 manuscripts (bark and daluang). The media or material used, such as a horn, contains a letter or charter and is often found in the context of its contents mentioning dignitaries in a region. Bamboo media tells a lot about words that contain elements of Islamic teachings, and in the Kerinci area, it contains about daily life, especially about the joys and sorrows of living life. Media rattan tells stories about everyday life, for example about karma in life. The media or material from Bark tells about treatment, both the medicine used and the treatment system (technique), and several spells or talismans. Stone-based media tells about learning process of Ulu script. And the daluang media contains prayers so that the writer will be spared from disaster.</em></p> <p> </p> <p> </p> <p>Prasasti dan naskah beraksara Ulu merupakan bukti sumber tertulis di wilayah Sumatera Bagian Selatan. Prasasti dan naskah tersebut dalam penulisannya menggunakan aksara yang dikenal dengan nama aksara Ulu. Dalam perkembangan awalnya, aksara Ulu merupakan turunan dari aksara Pallawa yang berkembang di wilayah Nusantara. Pertanyaan yang muncul dalam penelitian ini, yaitu inventarisasi prasasti dan naskah beraksara Ulu di wilayah Sumatera Bagian Selatan baik itu yang disimpan oleh masyarakat maupun di museum, serta media apa saja yang digunakan dalam penulisan aksara Ulu. Artikel ini menitikberatkan pada temuan data di wilayah Sumatera Bagian Selatan, yaitu Sumatera Selatan, Jambi dan Bengkulu. Dari data tahun 2009 hingga 2016, penulis mendapatkan 217 buah prasasti dan naskah yang beraksara Ulu, terdiri dari 183 buah prasasti (tanduk, batu, rotan, dan bambu) dan 34 buah naskah (kulit kayu dan <em>daluang</em>). Media atau bahan yang digunakan seperti tanduk, berisikan tentang sebuah surat atau piagam dan sering ditemukan dalam konteks isinya menyebut pembesar di suatu wilayah. Media yang berasal dari bambu banyak menceritakan tentang kata-kata yang mengandung unsur ajaran Agama Islam, dan di wilayah Kerinci, berisikan mengenai kehidupan sehari-hari terutama mengenai suka dan duka dalam menjalani hidup. Media Rotan berceritakan tentang kehidupan sehari-hari, misalnya mengenai <em>karma</em> dalam hidup. Media atau bahan dari Kulit Kayu bercerita mengenai pengobatan baik itu obat yang digunakan ataupun sistem pengobatannya (teknik), dan beberapa mantra atau zimat. Media berbahan batu menceritakan tentang proses pembelajaran aksara Ulu. Dan media <em>daluang </em>isinya mengenai doa agar si penulis terhidar dari malapetaka.</p>2024-07-31T00:00:00+00:00Copyright (c) 2024 WALENNAE: Jurnal Arkeologi Sulawesi Selatan dan Tenggara