https://walennae.unhas.ac.id/index.php/walennae/issue/feed WALENNAE: Jurnal Arkeologi Sulawesi Selatan dan Tenggara 2024-12-30T05:05:09+00:00 Fakhri, SS fakhri@kemdikbud.go.id Open Journal Systems <p>Walennae: Journal Arkeologi Sulawesi Selatan dan Tenggara begins to be published online with the Open Journal System (OJS) at the link: <a href="https://walennae.kemdikbud.go.id/">http://walennae.kemdikbud.go.id</a> . In the same year, it was accredited by Sinta Level 2 with number <a href="https://drive.google.com/file/d/1cT5anB3o-X-fcC5uyhSqYQ8PSb0Xapwi/view" target="_blank" rel="noopener">10/E/KPT/2019</a> by the Ministry of Research, Technology and Higher Education (RISTEKDIKTI) of the Republic of Indonesia.</p> <p><br />Starting in 2023, the Management of the Walennae: Journal Arkeologi Sulawesi Selatan dan Tenggara, which was previously under the auspices of the Balai Arkeologi Sulawesi Selatan, will be transferred under the auspices of the Department of Archaeology, Faculty of Cultural Sciences, Hasanuddin University. The process of accepting and publishing articles for the next volume will be carried out at the following link: <a href="https://walennae.unhas.ac.id/index.php/walennae" target="_blank" rel="noopener">https://walennae.unhas.ac.id.</a></p> <p><strong><a href="https://sinta.kemdikbud.go.id/journals/profile/4004" target="_blank" rel="noopener"><img src="https://walennae.kemdikbud.go.id/public/site/images/hasan/sinta-s2.png" alt="" width="228" height="64" /> </a> </strong></p> https://walennae.unhas.ac.id/index.php/walennae/article/view/802 Preface 2024-12-30T04:28:41+00:00 Tim Redaksi Walennae jurnal.walennae@gmail.com 2024-12-30T00:00:00+00:00 Copyright (c) 2024 WALENNAE: Jurnal Arkeologi Sulawesi Selatan dan Tenggara https://walennae.unhas.ac.id/index.php/walennae/article/view/801 Cover 2024-12-30T04:20:43+00:00 Tim Redaksi Walennae jurnal.walennae@gmail.com 2024-12-30T00:00:00+00:00 Copyright (c) 2024 WALENNAE: Jurnal Arkeologi Sulawesi Selatan dan Tenggara https://walennae.unhas.ac.id/index.php/walennae/article/view/750 THE COMPARISON OF STATUE TOMBSTONES BETWEEN COASTAL AND INLAND AREAS IN SOUTH SULAWESI 2024-03-21T00:34:17+00:00 Riska Faradilla Nazar riskafaradillanazar@gmail.com Rosmawati rosmawati@unhas.ac.id Khadijah Tahir Muda khadijah@unhas.ac.id <p><em>Statue tombstones are a product of Islamic culture with the influence of pre-Islamic elements. Especially in South Sulawesi, tombstones were used as grave markers in the early period of Islam. In addition, tombstones also function as a manifestation of the buried figure. Explicitly, the purpose of this research is to describe in detail the morphological comparison of statue tombstones in coastal and inland areas in South Sulawesi and the factors behind the comparison. The method used is data collection which includes library and field data. The results of the data collection were then processed using morphological, comparative and contextual analysis methods. Broadly speaking, this research resulted in an explanation of three aspects of the comparison of statue headstones in the coastal and inland areas, namely the comparison of morphology, materials and decoration. This research is expected to complement knowledge about the tradition of carving in South Sulawesi in particular and Indonesia in general.</em></p> <p> </p> <p> </p> <p>Nisan arca merupakan produk budaya Islam dengan pengaruh unsur Pra-Islam. Khusus di Sulawesi Selatan, nisan arca telah digunakan sebagai penanda makam pada periode awal masuknya Islam. Selain itu, nisan arca juga berfungsi sebagai manifestasi dari tokoh yang dimakamkan. Secara eksplisit, tujuan dari penelitian ini untuk menguraikan secara rinci mengenai perbandingan morfologi nisan arca pada wilayah pesisir dan wilayah pedalaman di Sulawesi selatan serta faktor yang melatarbelakangi perbandingan tersebut. Metode yang digunakan adalah pengumpulan data yang mencakup data pustaka dan lapangan. Hasil dari pengumpulan data tersebut kemudian diolah menggunakan metode analisis morfologi, komparasi dan kontekstual. Secara garis besar, penelitian ini menghasilkan penjelasan mengenai tiga aspek perbandingan nisan arca di wilayah pesisir dan wilayah pedalaman, yaitu perbandingan morfologi, bahan dan ragam hias. Penelitian ini diharapkan dapat melengkapi pengetahuan tentang tradisi pengarcaan di Sulawesi Selatan secara khusus dan di Indonesia pada umumnya.</p> 2024-12-30T00:00:00+00:00 Copyright (c) 2024 WALENNAE: Jurnal Arkeologi Sulawesi Selatan dan Tenggara https://walennae.unhas.ac.id/index.php/walennae/article/view/779 INDIES STYLE RESIDENCE IN TERNATE CITY: AN ARCHITECTURAL HISTORY STUDY 2024-07-17T01:46:58+00:00 Hasrianti Nfn hasr003@brin.go.id Syahruddin Mansyur syah021@brin.go.id Nurachman Iriyanto mamancrb@yahoo.com <p><em>Ternate has an important role as one of the spice-producing areas in the Maluku Islands, which encouraged the Dutch to settle and make the city a center of commerce and power. During the Dutch administration, settlements were organized based on ethnic groups, social status, and class. The former residential houses of several groups of people such as sultans, sultanate officials, and ethnic community leaders can still be found scattered in the city center. These buildings are characterized by colonial and local architecture, which is interesting to study to provide an understanding of the Indies style influence on the non-Dutch officials residences in Ternate during the Dutch administration. Data were collected using secondary research methods. Through morphological analysis of seven houses spread across North Ternate and Central Ternate sub-districts, it can be seen that the influence of the Indis style appears in the shape of the roof, facade, doors, windows, pillars, spatial layout, materials used, and building decorations. The influence is different in each house according to the social status of the owner. However, there are similar patterns according to the characteristics of Indies style architecture in general.</em></p> <p> </p> <p>Ternate memiliki peranan penting sebagai salah satu daerah penghasil rempah-rempah di Kepulauan Maluku, yang mendorong kedatangan Belanda untuk bermukim dan menjadikan kota ini sebagai pusat niaga dan kekuasaan. Pada masa pemerintahan Belanda, pemukiman diatur berdasarkan kelompok etnis, status sosial, dan golongan. Rumah-rumah tinggal bekas hunian beberapa golongan masyarakat seperti sultan, pejabat kesultanan, dan pemimpin komunitas etnis, hingga sekarang masih dapat ditemukan tersebar di pusat kota. Bangunan-bangunan tersebut memiliki ciri arsitektur kolonial dan arsitektur lokal yang menarik dikaji untuk memberikan pemahaman tentang pengaruh gaya Indis pada rumah tinggal non pejabat Belanda di Ternate masa pemerintahan Belanda. Pengumpulan data menggunakan metode penelitian sekunder. Melalui analisis morfologis terhadap tujuh rumah tinggal yang tersebar di Kecamatan Ternate Utara dan Kecamatan Ternate Tengah, dapat diketahui pengaruh gaya Indis nampak pada bentuk atap, fasad, pintu, jendela, pilar, tata ruang, material yang digunakan, dan ragam hias bangunan. Pengaruh tersebut berbeda-beda pada setiap rumah sesuai status sosial pemilik. Namun demikian, terdapat kesamaan pola sesuai ciri arsitektur gaya Indis umumnya. </p> 2024-12-30T00:00:00+00:00 Copyright (c) 2024 WALENNAE: Jurnal Arkeologi Sulawesi Selatan dan Tenggara https://walennae.unhas.ac.id/index.php/walennae/article/view/774 THE DISTRIBUTION OF ACEHNESE TOMBSTONE IN SOUTH SULAWESI 2024-03-27T08:51:03+00:00 Makmur Makmur makmurdpmks@gmail.com Nurul Adliyah Purnamasari nurul.adliyah@kemdikbud.go.id Laila Abdul Jalil lail010@brin.go.id Untung untu008@brin.go.id <p><em>This research aims to provide an in-depth understanding of the distribution of the use of Acehnese tombstones in South Sulawesi. This study was carried out using qualitative research methods with an archaeological scientific approach. Primary data in the form of Acehnese tombstones was obtained through direct observation at tomb complexes in South Sulawesi. To complete the primary data, a review of literature relevant to the research topic was also carried out. Research findings show that initially, Aceh tombstones entered South Sulawesi due to maritime sailing and trading activities that fostered cultural connectivity between regions in the Nusantara. At the time, Aceh tombstones became one of the import commodities from the Aceh region to various areas in the Nusantara, including South Sulawesi. Eventually, the high intensity of the use of Aceh tombstones by elite royal figures and nobles likely encouraged the tombstone industry in this area to also produce and create imitations of Aceh tombstones in an effort to meet local demand.</em></p> <p> </p> <p>Penelitian ini bertujuan memberikan pemahaman mendalam tentang persebaran penggunaan nisan Aceh di Sulawesi Selatan. Kajian ini dilakukan melalui metode penelitian kualitatif dengan pendekatan keilmuan arkeologi. Data primer berupa batu nisan Aceh diperoleh melalui observasi langsung di kompleks makam yang terdapat di Sulawesi Selatan. Untuk melengkapi data primer, dilakukan juga kajian literatur yang relevan dengan topik penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nisan Aceh awalnya masuk ke Sulawesi Selatan karena adanya aktivitas pelayaran dan perdagangang maritim yang mendorong lahirnya konektivitas budaya antar wilayah di Nusantara. Kala itu, nisan Aceh menjadi salah satu komoditas impor dari wilayah Aceh ke berbagai daerah di Nusantara, termasuk Sulawesi Selatan. Hingga kemudian tingginya intensitas penggunaan nisan Aceh oleh para tokoh elit kerajaan dan bangsawan juga turut mendorong industri pembuatan nisan di wilayah ini untuk memproduksi dan membuat imitasi nisan Aceh sebagai upaya memenuhi permintaan lokal.</p> 2024-12-30T00:00:00+00:00 Copyright (c) 2024 WALENNAE: Jurnal Arkeologi Sulawesi Selatan dan Tenggara https://walennae.unhas.ac.id/index.php/walennae/article/view/782 SACRED AND PROFANE: THE POINT OF VIEW OF ANCIENT JAVANESE SOCIETY TOWARDS ROLE AND FUNCTION OF FOREST ACCORDING TO INSCRIPTIONS AND RELIEFS 2024-07-09T02:19:30+00:00 Lisda Meyanti lizda.meyanti@gmail.com Radila Adwina radiladwina@gmail.com Harriyadi harriyadi93@gmail.com Dimas Nugroho dimasnugroho020791@gmail.com Hikmana Arafah Wiryandara hikmanaarafah@gmail.com Ni Kadek Sri Sumiartini dexsrijegeg00@gmail.com <p><em>Forest is a landscape that has a great influence on the development of Hindu-Buddhist culture in the archipelago. The interaction between the community and the forest environment can be found in archaeological remains in the form of inscriptions and temple reliefs. The many depictions and mentions of forests indicate the important role of forests for the community, so studies need to be carried out to reveal the views of ancient Javanese people on forests. This study aims to demonstrate the opinions of ancient Javanese people on the position of forests in their cultural system. This research uses two types of data, namely written data in the form of inscriptions and relief data that describe the living conditions of people in ancient Java. This study concludes that ancient Javanese people viewed forests not only as playing a role in profane life to fulfil basic human needs but also as having a sacred function that is considered to have spiritual power to perform rites of worship. Forest became one of the important locations for ancient Javanese people to carry out transcendental communication.</em></p> <p> </p> <p>Hutan merupakan bentang alam yang memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan kebudayaan masa Hindu-Buddha di Nusantara. Interaksi antara komunitas masyarakat dengan lingkungan hutan dapat ditemukan pada tinggalan arkeologi berupa prasasti dan relief candi. Banyaknya penggambaran dan penyebutan hutan menunjukkan indikasi peran penting hutan bagi masyarakat sehingga perlu dilakukan kajian untuk mengungkap pandangan masyarakat Jawa Kuno terhadap hutan. Kajian yang dilakukan bertujuan untuk mengungkap pandangan masyarakat Jawa Kuno terhadap kedudukan hutan dalam sistem kebudayaannya. Penelitian ini menggunakan dua jenis data, yakni data tertulis berupa prasasti serta data relief yang menggambarkan keadaan hidup masyarakat masa Jawa Kuno. Penelitian ini menyimpulkan bahwa masyarakat Jawa Kuno memandang hutan tidak hanya berperan dalam kehidupan profan untuk pemenuhan kebutuhan dasar manusia, tetapi juga memiliki fungsi sakral yang dianggap memiliki kekuatan spiritual untuk melakukan ritus peribadatan. Hutan menjadi salah satu lokasi penting bagi masyarakat Jawa Kuno untuk melakukan komunikasi transendental. </p> 2024-12-30T00:00:00+00:00 Copyright (c) 2024 WALENNAE: Jurnal Arkeologi Sulawesi Selatan dan Tenggara https://walennae.unhas.ac.id/index.php/walennae/article/view/792 RELATIVE DATING OF CANDI KEBOIRENG, PASURUAN, EAST JAVA: ARCHITECTURAL AND DECORATIVE STUDIES 2024-10-07T06:42:01+00:00 Muhammad Azzam Al Haq azzamalhaq17@mail.ugm.ac.id <p><em>Candi Keboireng, Pasuruan, East Java which was excavated in 2020, showed many new things that can be observed, especially the discovery of kala ornaments whose depiction is unique to Candi Keboireng. Through a discussion of the architectural and decorative aspects of Candi Keboireng and its comparison with other temples, this paper aims to see the architectural and artistic characteristics of the temple and its relation to the periodization of temples in Indonesia. The research method used in this paper is descriptive analysis with an emphasis on the comparison of architectural forms and decorative arts in temples. The results of the research show that Candi Keboireng is a model of Hindu-Siwa temple building with architectural characteristics and decorative arts that have similarities with temples from the East Java period. Specifically, the decorative depiction of Candi Keboireng gives a hint that the temple dates back to the 13th century AD during the Singasari Kingdom. </em></p> <p> </p> <p>Candi Keboireng, Pasuruan, Jawa Timur yang diekskavasi pada tahun 2020 menunjukkan banyak hal baru yang dapat dicermati, terutama ditemukannya ornamen kala yang penggambarannya menjadi ciri khas Candi Keboireng. Melalui pembahasan tentang aspek arsitektur dan ragam hias Candi Keboireng dan perbandingannya dengan candi-candi lain, tulisan ini bertujuan untuk melihat ciri khas arsitektur dan artistik candi tersebut serta kaitannya dengan periodisasi candi di Indonesia. Metode penelitian yang digunakan dalam tulisan ini adalah analisis deskriptif dengan penekanan pada komparasi bentuk arsitektur dan seni hias pada candi. Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa Candi Keboireng merupakan model bangunan candi Hindu-Siwa dengan karakteristik arsitektur dan ragam hias yang memiliki kemiripan dengan candi-candi dari periode Jawa Timur. Secara spesifik, penggambaran ragam hias Candi Keboireng memberikan petunjuk bahwa candi ini berasal dari abad ke13 Masehi pada masa Kerajaan Singasari.</p> 2024-12-30T00:00:00+00:00 Copyright (c) 2024 WALENNAE: Jurnal Arkeologi Sulawesi Selatan dan Tenggara