MUSEUM BAWAH AIR M. V. BOELONGAN: SEBUAH GAGASAN PEMBAHARUAN MUSEUM
Main Article Content
Abstract
Museum is not only a place for storing various artifacts, but also as a media of learning. However, the current management of museums in Indonesia is still not serving visitors well. Museum is not only located on the land, but there are also underwater museums. The plan of build an underwater museum has been discussed by museum practitioners and academics. Many locations and objects that could be used as underwater museums in Indonesia, one of that is the M.V Boelongan Shipwreck. This ship was sunk by Japanese Army during the Second World War. Nowadays, M.V. Boelongan has been an attractive destination for tourism activities, such as diving. To make it more benefit, not only in economic, but also in education and preservation, build and design this shipwreck as museum is one of the best solution. It could give the chance to everyone to see the shipwreck without diving. This museum should be plan to have a modern design, easier to educate and entertain the visitors, and also to preserve it as a heritage. M.V Boelongan is a part of Indonesian maritime history, the important values should be preserved and published to the public.
Selain menjadi tempat penyimpanan berbagai artefak, museum juga menjadi media pembelajaran. Namun, saat ini pengelolaan museum di Indonesia masih kurang melayani pengunjung. Museum terdapat di darat dan di perairan. Isu pembuatan museum bawah air sudah menjadi pembahasan di kalangan pecinta museum. Banyak lokasi dan objek dapat dijadikan museum bawah air di Indonesia, salah satunya adalah Kapal M.V. Boelongan. Keberadaan M.V. Boelongan menjadi sebuah daya tarik pariwisata, diantaranya wisata selam. Pembuatan museum bawah air adalah salah satu alternatif yang dapat memberikan manfaat di bidang ekonomi, pendidikan dan pelestarian. Museum Bawah Air M.V. Boelongan memungkinkan pengunjung yang tidak dapat menyelam tetap dapat menyaksikan keberadaan M.V. Boelongan di bawah air. Museum akan dirancang sesuai dengan perkembangan zaman, baik dari sisi pengelolaan maupun perancangan. Hal ini sejalan dengan paradigma museum yang sejak lama digadang-gadang, yaitu membuat museum yang mengedukasi sekaligus memberikan hiburan bagi pengunjungnya. Selain itu, dengan adanya museum dapat melindungi keberadaan bangkai kapal dan menjadi salah satu cara untuk menjaga kelestarian M.V. Boelongan. M.V Boelongan adalah bagian dari sejarah kemaritiman di Indonesia. Tinggalan budaya materi ini patut dilestarikan dan disampaikan nilai-nilainya
Article Details
Penulis yang naskahnya diterbitkan menyetujui ketentuan sebagai berikut:
- Hak publikasi atas semua materi naskah jurnal yang diterbitkan/dipublikasikan dalam situs E-Journal Walennae ini dipegang oleh dewan redaksi dengan sepengetahuan penulis (hak moral tetap milik penulis naskah).
- Ketentuan legal formal untuk akses artikel digital jurnal elektronik ini tunduk pada ketentuan lisensi Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike (CC BY-NC-SA), yang berarti Jurnal Walennae tidak memiliki tujuan komersial, berhak menyimpan, mengalih media/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan artikel tanpa meminta izin dari Penulis selama tetap mencantumkan nama Penulis sebagai pemilik Hak Cipta.
- Naskah yang diterbitkan/dipublikasikan secara cetak dan elektronik bersifat open access untuk tujuan pendidikan, penelitian, dan perpustakaan. Selain tujuan tersebut, dewan redaksi tidak bertanggung jawab atas pelanggaran terhadap hukum hak cipta.
The Authors whose manuscript are published as detailed as follows:
- The publication rights of all Journal manuscript that published in the Walennae E-Journal website are held by the editorial board with the author's acknowledgement.
- Formal legal provisions for accessing digital articles of electronic journals in the decision of the Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike (CC BY-NC-SA) license, which means Walennae Journal has no commercial purpose, has the right to save, transfer media / format, manage in the form of databases, caring for, and publishing articles without asking permission from the Author as long as it keeps the name of the Author as the Copyright owner.
- Manuscripts published by printed and electronically open access for educational, research and library purposes. In addition, the editorial board is not responsible for copyright infringement
References
Adhityatama, S. (2012). Pemodelan Jalur Aktivitas Penyelaman di Situs USAT Liberty, Tulamben, Bali: Studi Pengelolaan Sumber Daya Arkeologi. Universitas Gadjah Mada.
Anderson, G. (2004). Reinventing the Museum: Historical and Contemporary Perspectives on the Paradigm Shift (G. Anderson, Ed.). Lanham: Altamira Press.
Dewi, G. (2010). Arsitektur Vernakular Minangkabau (Kajian Arsitektur dan Eksistensi Rumah Gadang Dilihat dari Pengaruh serta Perubahan Nilai Budaya). Universitas Indonesia.
Green, J. (2004). Second Edition Maritime Archaeology a Technical Handbook Green. Cambridge: Elsavier Academic Press.
ICOM. (2007). The ICOM Code of Ethics for Museum. Paris.
Kreps, C. (2011). Christina Kreps. Museum Management and Curatorship, 23(1), 23–41.
Lewis, G. (2010). Running a Museum: A Practical Handbook. Paris: ICOM.
Mensch, P. V. (1992). Towards A Methodology of Museology. University of Zagreb.
Mensch, P. V., & Mensch, L. M. V. (2011). New Trends in Museology. Slovenia: Museum of Recent History Celje.
Mustiko, H. W. (2012). Pengaruh Praktik Manajemen Sumber Daya Manusia terhadap Kinerja SDM pada Museum Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta (Museum Sejarah Jakarta, Museum Wayang, Museum Seni Rupa dan Keramik serta Museum Bahari). Universitas Indonesia.
Prasetya, S. H. (2012). Revitalisasi dan Pemanfaatan Benteng Vredeburg di Yogyakarta Tahun 1976-2011. Universitas Sebelas Maret.
Prasetya, S. H. (2018). Pertimbangan Lingkungan dalam Perlindungan In-situ Kapal Karam MV. Boelongan Nederland di Teluk Mandeh, Sumatra Barat. Universitas Gadjah Mada.
Ridwan, N. N. H., Kusumah, G., Husrin, S., & Kepel, T. L. (2015). Kapal Karam MV. Boelongan di Kawasan Mandeh, Lingkungan Laut Sekitarnya, dan Kemungkinan Pengembangannya. In Karakteristik Sumber daya Laut dan Pesisir (pp. 84–133). Jakarta Utara: Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber daya Pesisir.
Sandell, R. (1998). Museum as An Agent of Social Inclusion. Museum Management and Curatorsh, 17(4), 401–418.
Satyawati, M. C. D. (2016). Strategi Pengelolaan Museum Dirgantara Mandala sebagai Destinasi Wisata Pendidikan di Yogyakarta. Istitut Seni Indonesia Yogyakarta.
Sturabotti, & Surace. (2017). Museum of the Future: Insights and Reflections from 10 International Museum. In Museum Sector Alliance Project. European Union.
Tanudirjo, D. A. (1989). Ragam Metoda Penelitian Arkeologi dalam Skripsi Mahasiswa Arkeologi UGM. Yogyakarta.
Tanudirjo, D. A. (2007). Museum sebagai Mitra Pendidik. Museografia, 1(1), 15–29.
Tanudirjo, D. A. (2009). Interpretasi Pameran. Kegiatan Peningkatan Kemampuan Dan Ketrampilan Tenaga Museum Tingkat Lanjut. Semarang.
Ujianto, D. A., & Isharyanto, F. (2016). Pengelolaan Museum Pemerintahan dengan Model Layanan Umum (Suatu Tinjauan). Jurnal Tata Kelola Dan Akuntabilitas Keuangan Negara, 89–90.
UNESCO. (2001). Convention on the Protection of Underwater Cultural Heritage. Paris: Official Text.
Wahyudi, W. R., & Kuswanto. (2014). Kajian Konsep Open-Air Museum: Studi Kasus Kawasan Cagar Budaya Trowulan. Berkala Arkeologi, 34(1), 65–84.
Wibowo, A. J. I. (2015). Persepsi Kualitas Layanan Museum di Indonesia: Sebuah Studi Observasi. Manajemen, 15(1), 13–40.
Wicaksono, H. B. (2015). Analisis Implementasi Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PPK-BLU) pada Penganggaran, Pelaksanaan dan Pelaporan Badan Layanan Umum Perguruan Tinggi (Studi Kasus pada Universitas Terbuka). Universitas Indonesia.
Winaya, A. (2015). Peran Museum Majapahit sebagai Mediator Pelestarian Warisan Budaya dan Industri Pembuatan Bata. Amerta, 33(2), 77–100.
Yulianti, D. (2011). Museum Olahraga Nasional sebagai Museum Pasca Modern. Universitas Indonesia.