CASTING: A METHOD OF ARCHAEOLOGICAL DATA RECORDING IN SAVING THE NATIONAL CULTURAL HERITAGE HISTORY VALUES

Main Article Content

Lenrawati

Abstract

Casting sebutan lain dari penggandaan dalam dunia arkeologi. Casting diartikan sebagai upaya untuk merekam data yang ada pada suatu benda arkeologi secara akurat dalam bentuk tiga dimensi sehingga seluruh ukuran dan permukaan akan sama dengan benda aslinya. Pembuatan casting ini, dilakukan secara manual dengan melalui tiga tahapan. Tahapan pertama dilakukan pembuatan cetakan pola negatif, tahapan kedua dilakukan pembuatan cetakan positif, dan tahapan ketiga pendinginan serta pewarnaan. Berbicara mengenai casting, maka akan berfikir bagaimana teknik casting pada benda cagar budaya yang berukuran 0-7 cm dan berukuran kurang lebih 1 meter. Pembuatan casting benda-benda arkeologi bertujuan untuk kepentingan ilmu pengetahuan, tindakan penyelamatan, bahan pameran atau sebagai alat peraga pendidikan. Metode yang dilakukan di antaranya, pengumpulan data, pengelompokan data dan bereksperimen terhadap benda yang akan di casting. Pembuatan casting benda cagar budaya memiliki tahapan yang berbeda, tergantung tingkat kesulitan benda tersebut. Pembuatan casting termasuk upaya pendokumentasian dalam pekerjaan penyelamatan terhadap benda meskipun fisik bendanya sudah mulai rapuh atau rusak.


 


Casting, a method of recreating an archaeological object, is intended to accurately record the existing data on that object from three-dimensional perspective. It allows the exactly same display as that of the original object. Generally speaking, casting consists of three manual stages: negative mold preparation, positive mold making and cooling and colorong. The current study focuses on objects measuring 0-7 cm and less than 1 meter. Making archaeological objects casting aims for the benefit of science, a heritage rescue, exhibition material or as educational aids. The methods employed in this research are data collection, data classification and actual experimenting on casting. The study indicates that casting has a wide range of processes, depending on the level of difficulty. Making casting is also an effort to recording in a work of saving objects even though the object has begun to become fragile or damaged.

Article Details

Section
Articles

References

Agus, Ignatius Handoko. 2007. Komposit Berpenguat Serbuk Tempurung Kelapa Sawit Dengan Resin Arindo Butek 3210 Sebagai Alternatif Pengganti Kampas Rem. Skripsi. Jurusan Teknik Mesin. Fakultas Teknik. Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta. http://repository.usd.ac.id/29345/2/025214081_Full%5B1%5D.pdf (Diakses, Senin 28 Oktober 2019, Pukul 13.09 Wita).

Brahmantara, 2016. Perkembangan Sistem Pendokumentasian Cagar budaya Dengan Teknologi Terestrial Laser Scanner 3D. Merekam jejak masa lalu cagar budaya dalam perspektif 3 D, 2016, Balai Konservasi Borobudur, Magelang.

Cahyandaru Nahar, 2013. Pengantar Konservasi Cagar Budaya Logam. Modul Pelatihan Tenaga Teknis Konservasi Tingkat Menengah. Balai Konservasi Borobudur. Magelang.

Duli, A. 2014. “Pemanfaatan Cagar Budaya”. Dalam Buletin Somba Opu, Vol. 17, No. 20, hal 1- 9, Oktober 2014. Makassar: Balai Pelestarian Cagar Budaya Makassar.

Duli, A. 2018. Sistem Penguburan Akhir Jaman Prasejarah di Sulawesi Selatan. ELS – JISH.

Duli, A. dan Muhammad Nur. 2016. Prasejarah Sulawesi. Makassar: FIB Unhas Press.

Duli, A. et al. 2013. Monumen Islam di Sulawesi Selatan. Makassar : Identitas.

Duli, A. et al. 2014. Monumen Islam di Sulawesi Barat. Makassar : Balai Pelestarian Cagar Budaya Makassar.

Kriswandhono, Albertus. 2018. Casting (Penuangan dan pengecoran), Bahan presentasi workshop casting tahap II, Punung, 2018. ttb.

Rasyid, Ansar. 2017. Teknik Pembuatan Serpih Bilah Dengan Pendekatan Arkeologi Eksperimental. Jurnal Walennae, Vol. 15. No. 2. November 2017. Balai Arkeologi Sulawesi Selatan. Makassar. DOI: 10.24832/wln.v15i2.273

Rosmawati. 2008. “Pemaknaan Inskripsi Pada Makam Kuno Katangka di Kabupaten Gowa”. Tesis Magister. Makassar : Unhas.

Rosmawati. 2011. “Tipologi dan Perkembanagn Bentuk Jirat dan Nisan Makam Kuno di Sulawesi Selatan”. Dalam Jurnal Lensa Budaya, Vol. 5, No.3. Edisi Desember 2010.

Rosmawati. 2013. “Perkembangan Tamadun Islam di Sulawesi Selatan, Indonesia:Dari Perspektif Arkeologi dan Sejarah”. Disertasi Doktoral. Pusat Penyelidikan Arkeologi Global (PPAG), Universiti Sains Malaysia-Pinang.

Rosmawati. 2017. The Manifestation of Malay and Local Cultural Acculturation at The Baginning of Islamization at Luwu, Case Study at Lokko’e Tomb Complex, Palopo. Asian Journal of Social Sciences & Humanities, Vol. 6(2) May 2017. Japan: Leena and Luna International, Chikusei.

Sarjiyanto. 2010. Pembentukan Museum Arkeologi Indonesia. Tesis. Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya. Universitas Indonesia. Depok. Jakarta. http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20251403-RB00S38p-Pembentukan%20museum.pdf

Sukendar, Haris. 1999. Metode penelitian arkeologi, Pusat Penelitian Arkeologi Nasional. Jakarta.

Sutopo, Marsis. 2016. Pendokumentasian Cagar Budaya. Merekam jejak masa lalu cagar budaya dalam perspektif 3 D, 2016, Balai Konservasi Borobudur, Magelang.

Wahyu, Emmanuel Saptomo, 2017. Materi Workshop Casting Tahap 1, Punung, Jawa Timur, ttb.

Wijayanti Aryani, 2017. Laporan Workshop casting tahap I. Pusat Penelitian Arkeologi Nasional. Jakarta. ttb.

Wijayanti Aryani, 2018. Laporan workshop casting tahap II. Pusat Penelitian Arkeologi Nasional. Jakarta. ttb.