RELATIVE DATING OF CANDI KEBOIRENG, PASURUAN, EAST JAVA: ARCHITECTURAL AND DECORATIVE STUDIES PERTANGGALAN RELATIF CANDI KEBOIRENG, PASURUAN, JAWA TIMUR: KAJIAN ARSITEKTUR DAN RAGAM HIAS
Main Article Content
Abstract
Candi Keboireng, Pasuruan, East Java which was excavated in 2020, showed many new things that can be observed, especially the discovery of kala ornaments whose depiction is unique to Candi Keboireng. Through a discussion of the architectural and decorative aspects of Candi Keboireng and its comparison with other temples, this paper aims to see the architectural and artistic characteristics of the temple and its relation to the periodization of temples in Indonesia. The research method used in this paper is descriptive analysis with an emphasis on the comparison of architectural forms and decorative arts in temples. The results of the research show that Candi Keboireng is a model of Hindu-Siwa temple building with architectural characteristics and decorative arts that have similarities with temples from the East Java period. Specifically, the decorative depiction of Candi Keboireng gives a hint that the temple dates back to the 13th century AD during the Singasari Kingdom.
Candi Keboireng, Pasuruan, Jawa Timur yang diekskavasi pada tahun 2020 menunjukkan banyak hal baru yang dapat dicermati, terutama ditemukannya ornamen kala yang penggambarannya menjadi ciri khas Candi Keboireng. Melalui pembahasan tentang aspek arsitektur dan ragam hias Candi Keboireng dan perbandingannya dengan candi-candi lain, tulisan ini bertujuan untuk melihat ciri khas arsitektur dan artistik candi tersebut serta kaitannya dengan periodisasi candi di Indonesia. Metode penelitian yang digunakan dalam tulisan ini adalah analisis deskriptif dengan penekanan pada komparasi bentuk arsitektur dan seni hias pada candi. Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa Candi Keboireng merupakan model bangunan candi Hindu-Siwa dengan karakteristik arsitektur dan ragam hias yang memiliki kemiripan dengan candi-candi dari periode Jawa Timur. Secara spesifik, penggambaran ragam hias Candi Keboireng memberikan petunjuk bahwa candi ini berasal dari abad ke13 Masehi pada masa Kerajaan Singasari.
Article Details
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Penulis yang naskahnya diterbitkan menyetujui ketentuan sebagai berikut:
- Hak publikasi atas semua materi naskah jurnal yang diterbitkan/dipublikasikan dalam situs E-Journal Walennae ini dipegang oleh dewan redaksi dengan sepengetahuan penulis (hak moral tetap milik penulis naskah).
- Ketentuan legal formal untuk akses artikel digital jurnal elektronik ini tunduk pada ketentuan lisensi Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike (CC BY-NC-SA), yang berarti Jurnal Walennae tidak memiliki tujuan komersial, berhak menyimpan, mengalih media/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan artikel tanpa meminta izin dari Penulis selama tetap mencantumkan nama Penulis sebagai pemilik Hak Cipta.
- Naskah yang diterbitkan/dipublikasikan secara cetak dan elektronik bersifat open access untuk tujuan pendidikan, penelitian, dan perpustakaan. Selain tujuan tersebut, dewan redaksi tidak bertanggung jawab atas pelanggaran terhadap hukum hak cipta.
The Authors whose manuscript are published as detailed as follows:
- The publication rights of all Journal manuscript that published in the Walennae E-Journal website are held by the editorial board with the author's acknowledgement.
- Formal legal provisions for accessing digital articles of electronic journals in the decision of the Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike (CC BY-NC-SA) license, which means Walennae Journal has no commercial purpose, has the right to save, transfer media / format, manage in the form of databases, caring for, and publishing articles without asking permission from the Author as long as it keeps the name of the Author as the Copyright owner.
- Manuscripts published by printed and electronically open access for educational, research and library purposes. In addition, the editorial board is not responsible for copyright infringement
References
Acri, A., & Wenta, A. (2022). A Buddhist Bhairava? Krtanagara’s Tantric Buddhism in Transregional Perspective. Entangled Religions, 13(7). https://doi.org/10.46586/er.13.2022.9653
Bernet-Kempers, A. J. (1959). Ancient Indonesian Art. Harvard University Press.
Chakrabarti, V. (1998). Indian Architectural Theory: Contemporary Uses of Vastu Vidya. Curzon Press.
Chihara, D. (1996). Hindu-Buddhist Architecture in Southeast Asia. E.J. Brill.
De Haan, B. (1996). Candi A and Candi B. In R. E. Jordaan (Ed.), In Praise of Prambanan (pp. 157–160). E.J. Brill.
Degroot, V. (2009). Candi, Space, and Landscape: A Study on the Distribution, Orientation, and Spatial Organization of Central Javanese Temple Remains. Mededeligen van het Rijksmuseum voor Volkenkunde.
Dumarcay, J. (1986). The Temples of Java. Oxford University Press.
Feuerstein, G. (1998). Tantra The Path of Ecstasy. Shambala Publications, Inc.
Flood, G. (1996). An introduction to Hinduism. Cambridge University Press.
Halim, A., & Herwindo, R. P. (2017). The Meaning of Ornaments in The Hindu and Buddhist Temples on The Island of Java (Ancient - Middle - Late Classical Eras). Jurnal Risa, 1(2), 170–191.
Hindarto, A. (1998). Kala Makara Di Candi Kebo Ireng. Universitas Udayana.
Hoffmanns, P. R. (1987). Candi Gunung Gangsir and The Character of The Early East Javanese Architecture. Berkala Arkeologi, 8(1), 46–70.
Istari, R. (2002). Pelaksanaan Upacara Ritual Dalam Tantrayana. Berkala Arkeologi, 22(1), 40–48.
Istari, T. M. R. (2015). Ragam Hias Candi-Candi Di Jawa Motif Dan Maknanya. Kepel Press.
Jordaan, R. E. (2011). Candi Badut and the Trajectory of Hindu-Javanese Temple Architecture. Artibus Asiae, 71(1), 55–74.
Kieven, L. (2013). Following the Cap-Figure in Majapahit Temple Reliefs: A New Look at the Religious Function of East Javanese Temples, Fourteenth and Fifteenth Centuries.
Brill.
Kinney, A. R. (2003). Worshipping Siva and Buddha the Temple Art of East Java. University of Hawai’i Press.
Klokke, M. J. (1995). On the Orientation of Ancient Javanese Temples: The Example of Candi Surowono. In P. van der Velde (Ed.), IIAS Yearbook 1994 (pp. 73–85). International Institute for Asian Studies.
Klokke, M. J. (2000). Ornamental Motifs: The Stylistic Method Applied to Ancient Javanese Temple Art. In W. Lobo & S. Reimann (Eds.), 7th International Conference of the European Association of Southeast Asian Archaeologist 1998 (pp. 85–98). Centre for Southeast Asian Studies, University of Hull.
Laurentia, F., & Saliya, Y. (2020). Mass Organization, Space and Ornament Comparison Between Pallava Hindu Temple in South India and Old-Classic Temple In Java. Jurnal RISA, 4(4), 380–398.
Lunsingh-Scheurleer, P. (2000). Skulls, Fangs and Serpents: A New Development in East Javanese Iconography. In W. Lobo & S. Reimann (Eds.), 7th International Conference of the European Association of Southeast Asian Archaeologist 1998 (pp. 189–204). Centre for Southeast Asian Studies, University of Hull.
Magetsari, N. (1963). Tjandi Gebang (Fungsinja dalam praktek tantra). Fakultas Sastra Universitas Indonesia.
Maulana, Ratnaesih. (1992). Siva Dalam Berbagai Wujud: Suatu Analisis Ikonografi Di Jawa Masa Hindu-Budha. Universitas Indonesia.
Munandar, A. A. (1989). Relief Masa Jawa Timur: Suatu Pengamatan Gaya. Pertemuan Ilmiah Arkeologi V, 277–303.
Murdihastomo, A. (2020). Penggambaran Ornamen Ular Pada Arca Ganesha Koleksi Museum Candi Prambanan, Yogyakarta. Berkala Arkeologi, 40(1), 68–82.
Mustakim, A. F., & Alrianingrum, S. (2020). Fungsi Miniatur Candi Zaman Klasik Muda Masa Kerajaan Singasari. Avatara, 9(1), 1–16.
Nugroho, F. D. (2011). Gambaran Bentuk Menara Sudut Pipi Tangga Candi Masa Singhasari-Majapahit. Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia.
Nugroho, W. D. (2020). Laporan Analisis Hasil Ekskavasi Situs Keboireng Di Kabupaten Pasuruan.
Phan Anh Tu. (2007). The Signification of Naga in Thai Architectural and Sculptural Ornaments. The Asian Scholar, 4, 1–15.
Poerbatjaraka. (1968). Tjerita Pandji dalam Perbandingan. Gunung Agung.
Pradnyawan, D. (2023). Arsitektur dan Seni Candi Kedulan. PURBAWIDYA: Jurnal Penelitian Dan Pengembangan Arkeologi, 12(1), 1–16. https://doi.org/10.55981/purbawidya.2023.93
Pullen, L. S. (2021). Patterned Splendour Textiles Presented on Javanese Metal and Stone Sculptures Eighth to the Fifteenth Century. ISEAS Publishing.
Rassers, W. H. (1922). De Pandji-roman. De Vos-Van Kleef.
Samingoen, S. (1977). Tinjauan Seni Bangunan Purbakala. Seminar Arkeologi 1976, 11–34.
Santiko, H. (2015). Ragam Hias Ular-Naga di Tempat Sakral Periode Jawa Timur. AMERTA, 33(2), 77–134.
Santiko, H. (2020). Kehidupan Beragama Raja Kertanegara. Kalpataru, 29(1), 29–38.
Saraswati, S. V. (1985). Laporan Penelitian Keboireng I Pasuruan Jawa Timur.
Simanjuntak, H. T. (1983). Laporan Survei Arkeologi Klasik Jawa Timur.
Soebadio, H. (1985). Jnanasiddhanta. Djambatan.
Soekmono. (1990). Indonesian Architecture of the Classical Period: A Brief Survey. In J.
Fontein (Ed.), The Sculpture of Indonesia (pp. 67–95). National Gallery of Art.
Suleiman, S. (1981). Batur Pendopo Penataran. Puslit Arkenas.
Sulistyo, W. (2004). Pola Penataan 7 Percandian Hindu Masa Singhasari - Majapahit Di Jawa. Universitas Indonesia.
Susetyo, S. (2011). Periodisasi Candi Simangambat: Tinjauan Terhadap Beberapa Temuan Ragam Hias Candi. AMERTA, 29(2), 40–51.
Susetyo, S. (2020). Makara Candi Adan-Adan: Gaya Seni Masa Kadiri. Berkala Arkeologi, 40(1), 105–126.
Trubus. (1993). Candi Keboireng, Pasuruan dan Beberapa Permasalahannya: Kajian Atas Data Hasil Ekskavasi 1985. Universitas Gadjah Mada.
Vogler, E. B. (1949). De Monsterkop In De Hindoe-Javaansche Kunst. E.J. Brill.
Wahyudi, D. Y. (2021). The Siva-Buddhist Concept In The Temple Of Singhasari-Majapahit Periods. International Review of Humanities Studies, 6(2), 872–883.
Wahyudi, D. Y., & Jati, S. S. P. (2018). Arca Dwarapala Raksasa Gaya Seni Kadiri, Singhasari, dan Majapahit. Sejarah Dan Budaya, 12(2), 180–193.
Yusuf, M. S. (2022). Arca Bhairawa (Hayagriwa Lokeswara) Padangroco Berlanggam Seni Singhasari. Amerta, 40(1), 41–56.