PERAN SELAT MAKASSAR SEBAGAI JALUR MARITIM ANTARA KALIMANTAN TIMUR DAN SULAWESI SELATAN

Main Article Content

Gunadi Kasnowihardjo

Abstract

This paper examined the relationship between South Sulawesi in eastern Kalimantan through archaeological heritage. Integration of the existing archaeological remains of the East Kalimantan and is found in South Sulawesi West Sulawesi or, in fact has an interesting cultural similarity to be studied in an integrated manner. The emergence of the kingdom of Kutai in IV-V century AD in East Kalimantan, shows that the role of the Makassar Strait is very large in delivering the merchants and Brahmins (propagator of religion) who came from outside Indonesia and along the Mahakam River to the interior of Borneo. Similarly, the lines of rivers in South Sulawesi and West Sulawesi is very important since prehistoric times to show a connection between the two regions bridged by the Makassar strait.


Tulisan ini membahas hubungan antara Sulawesi Selatan di Kalimantan Timur melalui warisan arkeologi. Integrasi sisa-sisa arkeologi Kalimantan Timur yang ada dan ditemukan di Sulawesi Selatan atau Sulawesi Barat ternyata memiliki kesamaan budaya yang menarik untuk dipelajari secara terintegrasi. Munculnya kerajaan Kutai pada abad IV-V M di Kalimantan Timur, menunjukkan bahwa peran Selat Makassar sangat besar dalam mengantarkan para pedagang dan Brahmana (penyebar agama) yang datang dari luar Indonesia dan menyusuri Sungai Mahakam ke pedalaman Kalimantan. Demikian pula, garis-garis sungai di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat sangat penting sejak zaman prasejarah untuk menunjukkan hubungan antara dua wilayah yang dijembatani oleh selat Makassar.


Article Details

Section
Articles

References

Bellwood, Peter, 2000. Prasejarah Kepulauan Indo-Malaysia, Edisi Revisi, Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Bulbeck, David and Caldwell, Ian. 2000. Land of Iron, the Historical Archae¬ology of Luwu and the Cenrana Val¬ley, the Centre for South East Asian Studies, the University of Hull.

Fage, L.H., Chazine, J.M., Pindi S. 1998. Gambar Cadas Borneo Kalimantan Timur, (belum diterbitkan).

Gunadi, 2000. "Pesona Tanah Luwu Abad XIV M, Kerajaan Majapahit Im¬port Besi", SKH Pedoman Rakyat, Tahun ke 54 No. 90, Tanggal 4 Juni 2000, Halaman 3, Kolom 1 - 4.

Gunadi, Dkk. 2003. "Laporan Hasil Penelitian Arkeologi-Sejarah Kota Tarakan", Kerjasama Pemerintah Kota Tarakan dan Balai Arkeologi Banjarmasin, (belum diterbitkan).

Heekeren, H. R. van, 1972. The Stone Age of Indonesia, Second edition, the Hague: Nijhoff.

Julien Espagne, 2005. "An unexpected flak¬ing method in Sangkulirang karstic area: the 'Kutai debitage' Limit of typology, pertinence of technology", Paperpada Pertemuan Ilmiah Arkeologi X, Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia, (unpub¬lished).

Kroeber, Alfred L. 1931. "The Cultural Area and Age Area Concept of Clark Wissler", in Rice, Stuart A. (ed) Method in Social Science, pp. 248-265, University of Chicago Press, Chicago.

Machi Suhadi dan Titi Surti Nastiti, 1997. Laporan Penelitian Arkeologi di Si¬tus Muara Kaman, Provinsi Kalimantan Timur, Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (belum diterbitkan).

Poerbatjaraka, 1952. Riwajat Indonesia I, Djakarta: Jajasan Pembangunan.

Sumantri, Iwan (ed), 2004. Kepingan Mozaik Sejarah Budaya Sulawesi Selatan, Bagian Proyek Pemanfaatan Peninggalan Sejarah dan Purbakala Sulawesi Selatan bekerjasama dengan Penerbit ININNAWA, Makassar.

Tanudirjo, Daud A. dan Prasetyo, Bagyo, 2004. "Model 'Out of Taiwan' Dalam Perspektif Arkeologi Indo¬nesia" dalam Polemik Tentang Masyarakat Austronesia Fakta atau Fiksi?. LIPI Press.

Tim Penelitian, 2004 dan 2005. Laporan Penelitian Arkeologi-Sejarah Kerajaan Kutai di Kawasan Muara Kaman Tahap I dan II, Balitbang Kabupaten Kutai Kartanegara (belum diterbitkan).