SITUS-SITUS MEGALITIK DI KABUPATEN BONE: KAJIAN SEBARAN DAN KRONOLOGI

Main Article Content

Bernadeta AKW

Abstract

Megalithic culture research at Labuaja Site, Kahu sub-district and other sites in Bone Regency aims to determine the distribution and chronology. This research doing by survey and excavation techniques. Archaeological data found from megalithic sites in Bone Regency are presented in descriptive analysis. In addition, C14 analysis was also carried out with charcoal in Beta Analytic Inc. Miami, Florida, USA to find out its absolute date. The results showed that megalithic sites in Bone had a fairly even distribution and occupy the slope to hilltops with a height of 28 - 218 meters above sea level. The results of radiocarbon dating indicate that the age of the site and megalithic culture in Labuaja, Bone ranges from 400 - 190 BP (around the 15th-17th century AD). Based on that date, the megalithic culture in Labuaja began in the golden age of the kingdom of Bone. Megalithic culture in Bone has associations with natural resources such as rivers and rice fields which are very supportive in the activities of human life that depend on agricultural resources. With the exploitation of agricultural resources, thus produce the social system and ideology adopted by the people who reach the Islamic period. 

 

Penelitian kebudayaan megalitik pada situs Labuaja, Kecamatan Kahu dan situs-situs yang lainnya di Kabupaten Bone bertujuan untuk mengetahui sebaran dan menentukan kronologinya. Penelitian ini dilakukan dengan teknik survei dan ekskavasi. Data arkeologis yang ditemukan dari situs situs megalitik di Kabupaten Bone disajikan dalam bentuk deskriptif analisis. Selain itu, dilakukan pula analisis C14 dengan bahan arang di Beta Analytic Inc Miami Florida, USA untuk mengetahui pertanggalan absolutnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa situs-situs megalitik di Bone memiliki sebaran yang cukup merata dan menempati wilayah lereng hingga puncak bukit dengan ketinggian antara 28 – 218 meter di atas permukaan laut. Hasil pertanggalan radiokarbon menunjukkan bahwa umur situs dan kebudayaan megalitik di Labuaja, Bone berkisar antara 400 – 190 BP (sekitar abad ke-15–17 Masehi). Berdasarkan pertanggalan tersebut, kebudayaan megalitik di Labuaja berawal pada zaman keemasan kerajaan Bone. Kebudayaan megalitik di Bone memiliki asosiasi dengan sumber-sumber alam seperti sungai dan persawahan yang sangat menunjang dalam aktivitas kehidupan manusia yang bergantung pada sumber sumber pertanian. Dengan kegiatan eksploitasi sumber pertanian, sehingga melahirkan sistem sosial dan ideologi yang dianut oleh masyarakat yang menjangkau periode Islam.

Article Details

Section
Articles

References

Ahimsa-Putra, H. S. (2007). Patron & Klien di Sulawesi Selatan Sebuah Kajian Fungsional- Struktural. Yogyakarta: Kepel Press.

Amiruddin. (1997). Peninggalan Megalitik di Labuaja Kahu Kabupaten Bone (Suatu Tinjauan Arkeologi). Universitas Hasanuddin.

Duli, A. (2012). Budaya Keranda Erong di Tana Toraja, Sulawesi, Indonesia. Universit Sains Malaysia.

Hasanuddin. (2015). Kebudayaan Megalitik di Sulawesi Selatan dan Hubungannya dengan Asia Tenggara. University Sains Malaysia.

Hasanuddin. (2017). Situs-situs Megalitik di Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan. Kapata Arkeologi, 13(1), 83–94.

Ilyas, I. (2012). Motif Hias Gerabah di Pongka, Bone dan Perbandingannya dengan Kalumpang. Universitas Hasanuddin.

Kartohadikoesoemo, S. (1984). Desa. Jakarta: Balai Pustaka.

Kasmin, Y. (2017). Arkeologi Pemukiman Situs Pongka, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan. Walennae, 15(1), 43–58.

Kooreman, J. P. (1883). De feitelijke toestand in het gouvernementsgebied van Celebes en Onderhoorigheden. De Indische Gids. De Indische Gids, 5(1), 167–200.

Latif, A., Hussin, N., & Omar, R. (2012). Konsep Wanua dan Palili di Konfederasi Ajatappareng di Sulawesi Selatan. GEOGRAFIA Online TM Malaysia Journal of Society and Space, 8(7), 95–103.

Mattulada. (1982). Kebudayaan Bugis Makassar. In Koenjaraningrat (Ed.), Manusia dan kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Jambatan.

Mattulada. (2011). Menyusuri jejak kehadiran Makassar Dalam Sejarah. Yogyakarta: Ombak.

Merbijin, H. J. (n.d.). Bontorio De Laatste Generaal. Amsterdam: Antwerpen.

Mundarjito. (1993). Pertimbangan Ekologi dalam Penempatan Situs Masa Hindu-Buda di Daerah Yogyakarta: Kajian Arkeologi Ruang Skala Makro. Universitas Indonesia.

Muskamal, A. (2011). La Temmu Page Arung Labuaja Sang Jenderal Kerajaan Bone dengan Taktik Perang Gerilya. Makassar: La Macca.

Nurlinda. (1999). Situs Bulu Lanca Kecamatan Mare Kabupaten Bone (Suatu Studi Pemukiman). Universitas Hasanuddin.

Pelras, C. (2006). Manusia Bugis. Jakarta: Nalar.

Poesponegoro, M. D., Notosusanto, N., Soejono, R. P., & Leirissa, R. Z. (2009). Sejarah Nasional Indonesia Zaman Prasejarah di Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Prasetyo, B. (2014). Peranan Megalitik dalam Pembentukan dan Pewarisan Budaya Nusantara. In Orasi Pengukuhan Profesor Riset Bidang Arkeologi Prasejarah. Jakarta: Pusat

Penelitian Arkeologi Nasional.

Simanjuntak, T. (2008). Austronesian in Sulawesi. In T. Simanjuntak (Ed.), Austronesian in Sulawesi. Center for Prehistoric and Austronesian Studies.

Simanjuntak, T., & Widianto, H. (2012). Indonesia dalam Arus Sejarah. Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve dan Kemendikbud.

Yuniawati, D. Y. (2006). Kubur Batu Waruga di Sub Etnis Tou’mbulu, Sulawesi Utara. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional.

Yuniawati, D. Y. (2010). Temuan Tradisi Budaya Austronesia Akhir Protosejarah (Megalitik) di Lembah Besoa, Sulawesi Tengah. Bulletin Naditira Widya, 4(2), 175–191.

Yuniawati, D. Y. (2014). Laporan Penelitian Arkeologi potensi peradaban budaya megalitik di Lembah Rampi, Kabupaten Luwu Utara, Provinsi Sulawesi Selatan. Jakarta.