PEMAKNAAN ARSITEKTUR VILA YULIANA DI SOPPENG, SULAWESI SELATAN DENGAN ANALISIS SEMIOTIKA

Main Article Content

Hasrianti Hasrianti

Abstract

The object of the research is the Vila Yuliana colonial building in Soppeng Regency.This paper aim is to find out the meaning of the location of Vila Yuliana and the using of local architecture in Vila Yuliana. The method research that was used is an induktive qualitative method. Data analysis used a semiotic approach. The research phase beginned with a survey and ended with interpretation of the data. The analysis result show that the Vila Yuliana’s architectural elements is have some symbolic value. Not only to get an interesting view of the location, with any reason it is also to combine elements of colonial architecture with local architecture. On the contrary, Vila Yuliana contained political messages, especially to show the dominance of the power of the Dutch Indian government.

 

Objek penelitian adalah bangunan kolonial Vila Yuliana di Kabupaten Soppeng. Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui makna dibalik keletakan Vila Yuliana dan penggunaan arsitektur lokal pada Vila Yuliana. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif induktif. Analisis data menggunakan pendekatan semiotika. Tahap penelitian diawali dengan survei dan berakhir dengan interpretasi data. Hasil analisis menunjukkan unsur-unsur arsitektur bangunan Vila Yuliana memiliki nilai simbolik. Bukan hanya sekedar untuk mendapatkan pemandangan menarik dari keletakannya, juga bukan tanpa alasan memadukan unsur arsitektur kolonial dengan arsitektur lokal. Dibalik hal itu, Vila Yuliana mengandung pesan politis, terutama untuk menunjukkan dominasi kekuasaan pemerintah Hindia Belanda.

Article Details

Section
Articles

References

Abieta, A. (2011). Pengantar Panduan Konservasi Bangunan Bersejarah Masa Kolonial. Jakarta: Pusat Dokumentasi Arsitektur.

Asmunandar. (2008). Membangun Identitas Masyarakat Melalui Kota Kuno Makassar.

Universitas Gadjah Mada. Hafied, G. (2003). Villa Juliana: A Forgotten Historical Heritage of Watan Soppeng, South Sulawesi; Demanding for Attention. A Report Form Site Visit on The Home-Return (Rewe’ Sipulung) Seminar, Watan Soppeng. Retrieved from http://www.soppeng.org/?p=60#more-60

Hamid, P. (1991). Sejarah Kabupaten Daerah Tingkat II Soppeng. Ujung Pandang: Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional.

Hasrianti. (2013). Arsitektur Villa Yuliana di Watansoppeng Kabupaten Soppeng. Universitas Hasanuddin.

Hasrianti. (2016). Villa Yuliana: Bangunan Berarsitektur Indis di Kabupaten Soppeng, Sulawesi Selatan. Walennae, 14(2), 99–110.

Heryanto, B. (2011). Roh dan Citra Kota: Peran Perancangan Kota Sebagai Kebijakan Publik. Surabaya: Brilian Internasional.

Khatimah, K. (2002). Pengelolaan Vila Yuliana di Watansoppeng Kabupaten Soppeng. Universitas Hasanuddin.

Kusmiati, A. (2004). Dimensi Estetika pada Karya Arsitektur & Desain. Jakarta: Djembatan.

Mardanas, I., Abu, R., & Maria. (1985). Arsitektur Tradisional Daerah Sulawesi Selatan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Morrel, E. (2005). Simbolisme, Ruang dan Tatanan Sosial. In K. Robenson & M. Paeni (Eds.), Tapak-tapak Waktu: Sejarah, Kebudayaan, dan Kehidupan Sosial di Sulawesi Selatan. Makassar: Ininnawa.

Muis, A. G. (1991). Situs Lalang Benteng di Watan Soppeng (Suatu Kajian Arkeologi Sejarah). Universitas Hasanuddin.

Natsir, M., Abubakar, N., & Mubarak, A. P. (2009). Potensi Kepurbakalaan Kabupaten Soppeng. Makassar.

Oesman, O. (1999). Rekonstruksi Bangunan Hunian di Situs Kota Majapahit Trowulan, Jawa Timur: Pendekatan Arsitektur. Universitas Indonesia.

Patunru, D. A. (2004). Bingkisan Patunru: Sejarah Lokal Sulawesi Selatan. Makassar: Pusat Kajian Indonesia Timur bekerjasama dengan Lembaga Penerbitan UNHAS.

Preucel, R. W. (2006). Archaeological Semiotics. UK: Blackwell Publishing.

Restiyadi, A. (2008). Mengapa Seniman Memahatkan Figur Raksasa Menari pada Batur Biaro Bahal I ? (Sebuah Tinjauan Semiotika Piercian). Berkala Arkeologi Sangkhakala, 11(21), 1–11.

Rinimasse, M. N. (2007). Ruang Sebagai Wahana Makna: Aspek Simbolik Pola Tata Ruang dalam Rekayasa Pemukiman Kuna di Maluku. Kapata Arkeologi, 3(7), 72–106.

Sahroni, A. (2016). Bangunan Kolonial dan Adaptasi Arsitekturnya. In Lembah Walennae: Lingkungan Purba dan Jejak Arkeologi Peradaban Soppeng. Yogyakarta: Ombak.

Savitri, A. D. (2007). Situs-situs Kerajaan Soppeng di Kabupaten Soppeng (Analisis Arkeologi Keruangan). Universitas Hasanuddin.

Shaw, I., & Jomenson, R. (1999). A Dictionary of Archaeology. United Kingdom: Blackwell Publishing.

Sipahelelut, A., & Petrussumadi. (1991). Dasar-Dasar Desain. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Soedewo, E. (2007). Tinjauan Semiotik terhadap Gambaran Dunia menurut Kosmologi HinduBuddha, dan Batak. Berkala Arkeologi Sangkhakala, 10(19).

Soekiman, D. (2000). Kebudayaan Indis. Yogyakarta: Yayasan Benteng Budaya.

Sukada, A. B. (1989). Memahami Arsitektur Tradisional dengan Pendekatan Tipologi. In E. Budihardjo (Ed.), Jati Diri Arsitektur Indonesia. Bandung: Penerbit Alumni.

Suratmonto, L. (2007). Teks pada Batu Nisan Baron van Imhoff Dilihat Melalui Analisis Semiosis Model Peirce dan Danesi-Perron. Makara, Sosial Humaniora, 11(1).

Tangke, A. W., & Nasyaruddin, A. (2007). Orang Soppeng Orang Beradab: Sejarah, Silsilah Raja-raja, dan Objek Wisata. Makassar: Pustaka Refleksi.