SYMBOLS AND MEANINGS OF DEPICTION THE ACT OF CHARITY (DÂNA) ON KARMAWIBHANGGA RELIEF AT CANDI BOROBUDUR

Main Article Content

Tsanaa Khenresta
Rani Chandra Oktaviani
Yonaz Salasa

Abstract

This research focus on how to interpretate symbols & meanings of depiction the act of charity that appear on Candi Borobudur’s feets, called as relief of Karmawibhangga. Charity is one of the steps of useful actions, punnakiriyavatthu. Charity originated from Pali’s language, dana. Charity is one of basic positive activity that can be done by everyone, everywhere. This charity acts drawn at candi’s relief. The depiction of this charity acts shown major at the Karmawibhangga’s relief, at least 40 acts of this charity been carved. The distribution of this relief rely on the relief of Karmawibhangga, most widely shown at west – north’s side. The most of depiction the act of charity is food, then a container, something that is unidentified, clothes, jewelry, flower, and umbrella and charity is done by the nobleman, religionist, and common people


 


 


Penelitian ini berfokus kepada bagaimana intrepretasi simbol dan makna penggambaran adegan berderma yang ada pada kaki Candi Borobudur, relief Karmawibhangga. Analisis yang digunakan adalah teori semiotika dari Roland Barthes. Derma merupakan dasar tingkatan dalam tahapan tindakan bermanfaat, punnakiriyavatthu. Derma merupakan arti kata dana yang berasal dari bahasa Pali. Derma merupakan kegiatan mendasar positif yang bisa dilakukan oleh siapa dan dimana saja. Derma merupakan salah satu adegan yang digambarkan pada relief candi. Penggambaran adegan derma paling banyak ditemui pada relief Karmawibhangga, sebanyak 40 adegan derma dipahatkan. Sebaran relief derma pada relief Karmawibhangga paling banyak dijumpai pada sisi barat –utara. Derma yang paling banyak adalah derma pangan, wadah, sesuatu yang tidak teridentifikasi, sandang, perhiasan, bunga, dan payung. Pemberian derma ini dilakukan oleh ketiga golongan masyarakat yaitu para bangsawan, agamawan, juga orang biasa.

Article Details

Section
Articles

References

Bernet Kempers, A. J. (1976). Ageless Borobudur.

Bernet Kempers, A. J. (1959). Ancient Indonesian Art. Harvard University Press.

Bodhi, B. (2003). Mengapa Berdana? Petunjuk berdana dengan pengertian benar. Klaten: Wisma Sambodhi.

Bodhi, B. (2009). Tipitaka tematik: Sabda Buddha dalam kitab Suci Pali.Jakarta: Ehipassiko Foundation.

Budiman, K. (2011). Semiotika Visual: Konsep, Isu, dan Problem Ikonisitas. Yogyakarta: Jalasutra.

Fontein, J. (1989). The law of cause and effect in ancient Java. Verhandelingen der Koninklijke Nederlandse Akademie van Wetenschappen, Afd. Letterkunde, (140).

Gorkom, N. V. (2003). “Kedermawanaan: Dimensi internal” Dalam Mengapa Berdana? Petunjuk berdana dengan pengertian benar. Klaten: Wisma Sambodhi.

Joesoef, D. (2004). Borobudur. Jakarta: Kompas.

Jootla, S. E. (2003). “Praktek berdana” Dalam Mengapa Berdana? Petunjuk berdana dengan pengertian benar. Klaten: Wisma Sambodhi.

Magetsari, N. (1997). Candi Borobudur: rekonstruksi agama dan filsafatnya. Fakultas Sastra Universitas Indonesia.

Munandar, A. A. (2011). Catuspatha Arkeologi Majapahit. Wedatama Widya Sastra.

Munandar, A. A. (2012). Proxemic relief candi-candi bad ke-8-10 M. Wedatama Widya Sastra.

Miksic, J. (1991). Borobudur golden tales of the Buddhas. Indonesia: PT Java Books Indonesia.

Nugrahani, D. S. (2012). “Karmawibhangga: peringatan bagi perilaku manusia” Dalam Adegan dan Ajaran Hukum Karma pada Relief Karmawibhangga. Magelang: Balai Konservasi Borobudur.

Barthes, R. (1973). Elements of Semiology. New York: Hill and Wang.

Santiko, H. (2012). “Relief Karmawibhangga di Candi Borobudur: Identifikasi adegan dan ajaran hukum karma” Dalam Adegan dan Ajaran Hukum Karma pada Relief Karmawibhangga. Magelang: Balai Konservasi Borobudur.

Sedyawati, E. (2006). Budaya Indonesia: kajian arkeologi, seni, dan sejarah. Divisi Buku Perguruan Tinggi, RajaGrafindo Persada.

Sedyawati, E., Santiko, H., Djafar, H., Maulana, R., Ramelan, W. D. S., & Ashari, C. (2013). Candi Indonesia: Seri Jawa: Indonesian-English (Vol. 1). Direktorat Jenderal Kebudayaan.

Silva, L. D. (2003). “Berdana menurut kitab Pali” Dalam Mengapa Berdana? Petunjuk berdana dengan pengertian benar. Klaten: Wisma Sambodhi.

Walshe, M. O. C. (2003). “Berdana dari hati” Dalam Mengapa Berdana? Petunjuk berdana dengan pengertian benar. Klaten: Wisma Sambodhi.