POTENSI DAN SEBARAN ARKEOLOGI MASA ISLAM DI SULAWESI SELATAN

Main Article Content

Muhammad Husni
nfn Hasanuddin

Abstract

Sebaran peninggalan arkeologi Islam memang cukup menarik dibicarakan, karena kejadiannya berlangsung cukup lama dalam konteks masyarakat yang konservatif. Namun menjadi identifikasi dasar legitimasi kultural dan kepeloporan pembaharuan dalam masyarakat. Masuknya Islam di Sulawesi Selatan agak terlambat jika dibandingkan dengan kawasan sekitarnya seperti Maluku, Kalimantan, dan Pesisir Utara Jawa. Sejak awal abad ke-17 Masehi, masyarakat Sulawesi menganut agama Islam dan dicap sebagai orang Nusantara yang paling kuat identitas keislamannya. Meskipun demikian, pada saat yang sama berbagai kepercayaan dan tradisi yang berasal dari Praislam masih tetap dipertahankan oleh sebagian masyarakatnya hingga akhir abad ke-20 Masehi. Di beberapa daerah yang juga menerima Islam, bahkan mengalami perkembangannya dengan bukti-bukti arkeologis berupa makam yang megah dan kaya akan ragam hias. Indikasi yang dapat diamati mengenai proses islamisasi yaitu terdapatnya beberapa peninggalan arkeologi berupa kompleks-kompleks makam, mesjid dan naskah-naskah kuno yang ditulis dengan huruf Arab. Peninggalan makam-makam Islam jika dihubungkan dengan kajian proses Islamisasi di setiap daerah, merupakan data yang sangat penting, karena makam sebagai salah satu perilaku ritual sekaligus perilaku sosial dan merupakan salah satu fenomena yang harus ada dalam siklus kehidupan manusia. Demikian pula dengan transformasi budaya yang dapat dilihat pada bentuk makam dan nisan yang digunakan.

Spreading of Islamic archaeological inheritance is an interesting topic to be discussed, because it occurred in conservative society for a quite long period of time. It became basic identification for cultural legitimating and renewal pioneering in society. Although the spreading of Islam in South Celebes was a little slow compared with other regions such as Moluccas, Borneo and north of Java. In early 17th century, people of Celebes professed Islam. They were labeled as people with the strongest Islamic identity in Indonesian archipelago. But in the same time, some beliefs and traditions ofpre-Islam were still maintained in the society until the end of 20th century. In some regions, Islam showed its development with some archaeological evidences of luxurious graves with rich ornaments. Islamisation process was indicated on some archaeological inheritance of graves, mosque and ancient scripts written in Arabic. Related to study of Islamisation process in every region, inheritance of Islamic graves is a very important data. Graves indicates as one of ritual and social behavior. It was one of phenomenon that always occur in human life. Likewise, cultural transformation could be seen on graves and gravestones.

Article Details

Section
Articles

References

Ambary, Hasan Muarif. 1991. Makam-makam Kesultanan dan Para Wali Penyebar Islam di Pulau Jawa. Aspek-aspek Arkeologi Indonesia No. 12. Jakarta: Puslit Arkenas.

Ambary, Hasan Muarif. 1991. 1998. Menemukan Peradaban Jejak Arkeologis dan Historis Islam Indonesia. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.

Bellwood, Peter. 1985. Prehistory of the Indo-Malaysian Archipelago. London: Academic Press.

Fadillah, Moh. Ali. 1999a. Warisan Budaya Bugis di Pesisir Selatan Denpasar, Nuansa Sejarah Islam di Bali. Jakarta: Puslit Arkenas.

Fadillah, Moh. Ali. 1999b. "Etnisitas dan Nasionalisme Indonesia Perspektif Arkeologi", dalam Panggung Sejarah Persembahan kepada Prof. Dr. Denys Lombard, hal. 117-137. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Mattulada. 1982. "Penelitian Berbagai Aspek Keagamaan dalam Kehidupan Masyarakat dan Kebudayaan di Indonesia", dalam Penelitian Agama Masalah dan Pemikiran, hal. 50-69. Jakarta: Sinar Harapan.

Othman, Mohd.Yatim. 1988. Batu Aceh, Early Islamic Gravestones in Peninsular Malaysia. Kuala Lumpur: Museum Association of Malaysia.

Pelras, Christian. 2006. Manusia Bugis. Terjemahan buku The Bugis oleh Abdul Rahman Abu, Hasriadi, Nurhady Sirimorok. Jakarta: Nalar.

Simanjuntak, Truman (editor). 2008. Austronesian in Sulawesi. Jakarta: Center for Prehistoric and Austronesian Studies.