KANDEAN DULANG DALAM SISTEM BUDAYA TORAJA

Main Article Content

Muhammad Nur

Abstract

Pada masa proto sejarah, kondisi topografi kurang memungkinkan terjalinnya distribusi tembikar secara kontinyu dan dalam jumlah besar ke dataran tinggi Toraja. Kondisi tersebut direspon orang Toraja dengan mengembangkan kandeang dulang. Hipotesis ini didukung oleh alasan topografis, arkeologis, etnografis, vegetasi dan tipologis. Kandeang dulang yang terdiri dari 3 tipe dengan 9 variasi tipe, memiliki peranan penting bagi orang Toraja. Aspek fungsinya tidak sebatas sebagai wadah makanan semata tetapi lebih dari itu, terintegrasi ke dalam sistem penguburan, identitas budaya, stratifikasi sosial, dan estetika.

During the proto history, topography condition was not allows intertwining of pottery distribution continuously and in large numbers to the Toraja highlands. This condition was responded by Toraja society by developing kandeang dulang. This hypothesis was supported by topographical, archaeological, ethnographic, vegetation and typological. Kandeang dulang consisting of three types with 9 variations of type, have an important role for the Toraja society. Aspects of the function is not limited merely as food containers but more than that, is integrated into the system of burial, cultural identity, social stratification, and aesthetics.

Article Details

Section
Articles

References

Anonim. 2008. Survei Situs Megalitik Onto Kabupaten Bantaeng Propinsi Sulawesi Selatan. Jurusan Arkeologi, Fakultas sastra, Universitas Hasanuddin: Tidak Terbit.

Basoeki. 1986. Peranan Kayu Pada Masa Prasejarah, dalam PIA IV Hal. 151-158, Proyek Penelitian Purbakala. Jakarta: Jakarta.

Duli, Akin. 2001. "Peninggalan Megalitik di Sillanan Kabupaten Tana Toraja Propinsi Sulawesi Selatan: Suatu Rekonstruksi Masyarakat Atas Dasar Kajian Etnoarkeologi". Tesis. Program Pasca Sarjana Universitas Indonesia: Depok.

Forestier, Hubert. 2007. Ribuan Gunung, Ribuan Alat Batu, Prasejarah Song Keplek, Gunung Sewu, Jawa Timur, Kepustakaan Populer Gramedia: Jakarta..

Hakim, Budianto, M. Nur, Rustam. 2009. The Sites of Gua Pasaung (Rammang-Rammang) and Mallawa: Indicators of Cultural Contact between the Toalian and Neolithic Complexes in South Sulawesi, IPPA Bulletin Vol. 29: 45-52.

Heekeren, H. R. van. 1972. The Stone Age of Indonesia. 2nd ed. The Hague: Martinus Nijhoff.

Intan, Fadhlan S. 1995, Keadaan Geologi dan Peninggalan Arkeologi Situs Mallawa, Kab. Maros, Sulawesi Selatan. Unpublished report. Balai Arkeologi: Ujung Pandang.

Intan, Fadhlan S. 2002. Analisis teknologi laboratoris gerabah situs Gua Rammang-Rammang, Maros, Sulwesi Selatan. Jurnal Arkeologi Sulawesi Selatan dan Tenggara; WalennaE. Balai Arkeologi Makassar: Makassar.

Nur, M. dan Army Lenggo, 2001, Tau-tau, Pemberi Kesejahteraan dan Penjaga Sawah, dalam Toraja Dulu dan Kini, Akin Duli dan Hasanuddin (Ed). Pustaka Refleksi: Makassar.

Prasetyo, Bagio, 2008, Pottery from the Neolithic Sites at the Banks of Karama Rivers, dalam Austronesian in Sulawesi, Truman Simanjuntak (Ed). CPAS: Depok.

Testart, Alain, 1977, Ethnologie de I'Australie et Prehistoire de I'Asie du Sud-Est, Journal de la Societe des Oceanistes, 33, h. 78-85.

Tjandrasasmita, Uka, 1970, Laporan Proyek Penggalian di Sulawesi Selatan, Jajasan Purbakala: Djakarta.

Most read articles by the same author(s)