MISTIFIKASI RITUAL SISTEM PERTANIAN TRADISIONAL MASYARAKAT AJATAPPARENG, SULAWESI SELATAN
Main Article Content
Abstract
The Ajatappareng region is known as the most important rice producer in South Sulawesi. Historical sources and archaeological evidence show that agricultural tradition in this region has been going on for at least the 14th century. In that time span, the Ajatappareng community carried out an agricultural system as a system of knowledge passed down from generation to generation. This study aims to obtain a record of knowledge related to the traditional farming system of the Ajatappareng community. It used etnographic method with data collection techniques through in-depth interviews and literature studies. The data obtained illustrates the belief system in the traditional farming system of the Ajatappareng community that has various stages and processes. This belief system is illustrated throught a series of rituals that become an integral part of Ajatappareng community’s agricultural system. In the process, this agricultural system has undergone various changes along with the development of knowledge. The recording of knowledge about agricultural traditions, belief system and the changes that surround them are important given the global trend that promotes sustainable food agriculture management.
Wilayah Ajatappareng dikenal sebagai penghasil beras paling utama di Sulawesi Selatan. Sumber-sumber sejarah dan bukti-bukti arkeologi yang ada menunjukkan bahwa tradisi pertanian di wilayah ini telah berlangsung setidaknya sejak abad ke-14. Sejak itu pula, masyarakat Ajatappareng menjalankan sistem pertanian sebagai pengetahuan yang diwariskan secara turun temurun. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pengetahuan terkait sistem kepercayaan dalam pertanian tradisional masyarakat Ajatappareng. Penelitian menggunakan metode etnografi dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara mendalam dan diikuti studi literatur. Sistem pertanian tradisional masyarakat Ajatappareng memiliki berbagai tahapan dan proses, pengetahuan masyarakat tidak hanya masalah teknis, tetapi juga menyangkut sistem kepercayaan yang diwujudkan melalui rangkaian ritual. Sistem pertanian ini telah mengalami berbagai perubahan seiring dengan perkembangan pengetahuan masyarakat. Rekaman pengetahuan tentang tradisi pertanian, sistem kepercayaan, serta perubahan-perubahan yang melingkupinya, menjadi penting mengingat tren global yang mengedepankan pengelolaan kawasan pertanian pangan berkelanjutan.
Article Details
Penulis yang naskahnya diterbitkan menyetujui ketentuan sebagai berikut:
- Hak publikasi atas semua materi naskah jurnal yang diterbitkan/dipublikasikan dalam situs E-Journal Walennae ini dipegang oleh dewan redaksi dengan sepengetahuan penulis (hak moral tetap milik penulis naskah).
- Ketentuan legal formal untuk akses artikel digital jurnal elektronik ini tunduk pada ketentuan lisensi Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike (CC BY-NC-SA), yang berarti Jurnal Walennae tidak memiliki tujuan komersial, berhak menyimpan, mengalih media/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan artikel tanpa meminta izin dari Penulis selama tetap mencantumkan nama Penulis sebagai pemilik Hak Cipta.
- Naskah yang diterbitkan/dipublikasikan secara cetak dan elektronik bersifat open access untuk tujuan pendidikan, penelitian, dan perpustakaan. Selain tujuan tersebut, dewan redaksi tidak bertanggung jawab atas pelanggaran terhadap hukum hak cipta.
The Authors whose manuscript are published as detailed as follows:
- The publication rights of all Journal manuscript that published in the Walennae E-Journal website are held by the editorial board with the author's acknowledgement.
- Formal legal provisions for accessing digital articles of electronic journals in the decision of the Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike (CC BY-NC-SA) license, which means Walennae Journal has no commercial purpose, has the right to save, transfer media / format, manage in the form of databases, caring for, and publishing articles without asking permission from the Author as long as it keeps the name of the Author as the Copyright owner.
- Manuscripts published by printed and electronically open access for educational, research and library purposes. In addition, the editorial board is not responsible for copyright infringement
References
Afandi, M. Z., Arjani, N. L., & Kaler, I. K. (2017). Ritual Neduhin dalam Sistem Pertanian Masyarakat Desa Bunutin, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali. Jurnal Humanis, 21(1), 37–45. Retrieved from https://ojs.unud.ac.id/index.php/sastra/article/view/35418
Asrianensi, J. (2014). Studi tentang Tradisi Mappalili pada Masyarakat Desa Ciro-Ciro’e Kecamatan Watang Pulu Kabupaten Sidenreng Rappang. Jurnal Tomalebbi, 1(1), 41– 46.
Badaruddin, M., Mappasere, S. K. R., & Aminullah, A. (1986). Sistem Ekonomi Tradisional sebagai Perwujudan Tanggapan Aktif Manusia terhadap Lingkungannya: Daerah Sulawesi Selatan. Ujung Pandang: Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah Sulawesi Selatan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Bahfiarti, T. (2011). Mistifikasi ‘Bissu’ dalam Upacara Ritual Adat Etnik Bugis Makassar (Kajian Studi Dramaturgi). Jurnal Ilmu Komunikasi, 1(2), 159–170.
Baoesat, A. (2006). Terdjemahan Lontarak Latowa: Hadat Besar Keradjaan Rappeng, Djilid I (H. A. M. S. Pasanrangi, Ed.).
BPSP. (2018). Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Padi Sawah dan Padi Ladang Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Selatan 2015. Makassar: Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Selatan.
Bulbeck, D., & Caldwell, I. (2008). Oryza Sativa and The Origins of Kingdoms in South Sulawesi, Indonesia: Evidence from Rice Husk Phytoliths. Indonesia and the Malay World, 36, 1–20. https://doi.org/10.1080/13639810802016117
Cortesao, A. (2015). Suma Oriental: Karya Tome Pires: Perjalanan dari Laut Merah ke Cina dan Buku Francisco Rodrigues (Edisi Terj; Adrian Perkasa & A. Pramesti, Eds.). Yogyakarta: Ombak.
Druce, S. C. (2005). The Lands West of The Lakes: The History of Ajattapareng, South Sulawesi, AD 1200 to 1600. The University of Hull.
Fajriyani, G. (2015). Upacara Mappalili oleh Pa’Bissu di Kelurahan Bontomate’ne Kecamatan Segeri Kabupaten Pangkep. Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
Hasanuddin. (2015). Kebudayaan Megalitik di Sulawesi Selatan dan Hubungannya dengan Asia Tenggara. Universiti Sains Malaysia.
Khaedir. (2018). Makna Ritual Mappalili oleh Komunitas Bissu Bugis di Pangkep. Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
Latif, A. (2014). Para Penguasa Ajatappareng: Refleksi Sejarah Sosial Politik Orang Bugis. Yogyakarta: Ombak.
Macknight, C. C. (1983). The Rise of Agriculture in South Sulawesi Before 1600. Review of Indonesian and Malaysian Affairs, 17, 92–116. Retrieved from http://www.oxis.org/articles-k-z/macknight-campbell/macknight-1983.pdf
Mansyur, S., Somba, N., Muhaeminah, Nur, M., Asmunandar, & Djindar, N. I. (2018). Irigasi Ajatappareng: Menelusuri Jejak Sejarah Pertanian di Sulawesi Selatan. Laporan Penelitian Arkeologi. Makassar: Balai Arkeologi Sulawesi Selatan. (View)
Maulida, R. (2017). Rabu Nehah (Studi Etnografi tentang Larangan Turun ke Sawah pada Masyarakat Gampong Paloh Kayee Kunyet, Kecamatan Nisam). Aceh Anthropological Journal, 1(1), 57–59. Retrieved from
http://ojs.unimal.ac.id/index.php/AAJ/article/view/360
Moleong, L. J. (2008). Metodologi Penelitian Kualitatif (Edisi Revi). Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Morris. (1982). Celebes en Onderhoorigheden. In Koloniaal Verslag van 1892, Nederland Oost Indie, Bijlage C, Tweede Kamer. Makassar: De Gouverneur van Celebes en Onderhoorigheden.
Nurung, R. M., & Pratiwi, J. D. (2011). Motivasi Petani dalam Mempertahankan Sistem Tradisional pada Usaha Tani Padi Sawah di Desa Parbaju Julu, Kabupaten Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara. Jurnal Agrisep: Kajian Masalah Sosial Ekonomi Pertanian Dan Agribisnis.
ttps://doi.org/https://doi.org/10.31186/jagrisep.10.1.51-62
Pabitjara, B. (2006). Persekutuan Limae Ajatappareng Abad XVI”. Tesis Magister. Makassar. Universitas Negeri Makassar.
Pelras, C. (2006). Manusia Bugis (Terjemahan; Abdul Rahman Abu, Hasriadi, & N. Sirimorok, Eds.). Jakarta: Nalar bekerjasama dengan Forum Jakarta-Paris, EFEO.
Poelinggomang, E. L. (2002). Makassar Abad XIX: Studi tentang Kebijakan Perdagangan Maritim. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia bekerjasama dengan Yayasan Adikarya dan The Ford Foundation.
Purwanto, Y. (2010). Studi Sistem Pertanian Tradisional Masyarakat Negeri Saleman, Sera Utara, Kabupaten Maluku Tengah. In Laporan Penelitian COLUPSIA Project, CIRAD dan UNI EROPA. Collaborative Land Use Planning and Sustainable Institutional Arrangements for Strengthening Land Tenure, Forest and Community Rights in Indonesia. Retrieved from http://www1.cifor.org/fileadmin/subsites/colupsia/documents/Studi_Sistem_Pertanian_ Tradisional_YP.pdf
Rahim, A. (2016). Nilai-nilai Sistem Perekonomian Islam dalam Ritual ‘Mappadendang. Jurnal Hukum Islam, 14(1), 93–110.
Sartini, N. W. (2017). Makna Simbolik Bahasa Ritual Pertanian Masyarakat Bali. Jurnal Kajian Bali, 14(1). https://doi.org/https://doi.org/10.24843/JKB.2017.v07.i02.p06
Somba, N., & Nur, M. (2016). Tradisi Bercocok Tanam di Kabupaten Soppeng. In Hasanuddin & B. A. K.W. (Eds.), Lembah Walennae: Lingkungan Purba dan Jejak Arkeologi Peradaban Soppeng. Yogyakarta: Ombak.
Tim Penelitian. (2012). Laporan Penelitian Arkeologi: Pembuktian Arkeologi terhadap Toponim dalam Naskah Ajatappareng di Kabupaten Pinrang. Makassar.