IDENTIFIKASI AWAL DAN REKONSTRUKSI ASPEK BIOLOGIS TEMUAN RANGKA MANUSIA LJ-1 SITUS LEANG JARIE, MAROS, SULAWESI SELATAN

Main Article Content

nfn Fakhri
Budianto Hakim

Abstract

The purpose of this study is to provide an explanation of the physical aspect reconstruction effort one of the human skeletal findings that once bathed the Maros karst area. The results of excavations in 2018 and 2019 found a human skeleton at the Leang Jarie Site (LJ-1) associated with the Toalian techonology stone tools and Austronesian earthenware, with age 2700 BP. Morphometric analysis of the LJ-1 framework on the skeletal part that remains and can be recognized, known that the sex is a male aged 35-40 years with a height of 166 cm, originating from the Austronetian nation. This framework is considered as important data and evidence of human presence as ancestors of the inhabitants of the Maros cultural region, which provides evidence of the relationship between the Austromelanes race (the Toalian people) and the Mongoloid race (Austronesian people). the technology found in one context with this framework is bone artifacts in the form of Bone point, Maros point, mollusca shell kitchen waste and some pottery fragments. The results of this study can provide a new perspective on racial interactions (Austromelanesoid  with Austronesian) in the past.

 

Tujuan penelitian ini adalah untuk memberi penjelasan tentang usaha rekonstruksi aspek fisik salah satu temuan rangka manusia yang pernah mendiami kawasan karst Maros. Hasil ekskavasi  tahun 2018 dan 2019 menemukan rangka manusia di Situs Leang Jarie (LJ-1) berasosiasi dengan alat batu teknologi Toalian dan gerabah Austronesia, dengan umur 2700 BP. Analisis morfometri terhadap rangka LJ-1 pada bagian rangka yang masih tersisa dan dapat dikenali, diketahu bahwa berjenis kelamin adalah laki-laki, berusia 35-40 tahun dengan tinggi badan 166 cm, berasal dari bangsa Austronesia. Rangka ini dianggap sebagai data dan bukti penting kehadiran manusia sebagai leluhur penghuni wilayah budaya Maros, yang memberikan bukti terjadinya relasi antara ras Austromelanesoid (bangsa Toalian) dengan ras Mongoloid (bangsa Austronesia. Adapun teknologi yang ditemukan dalam satu konteks dengan rangka ini adalah artefak tulang berupa lancipan (bone point), artefak batu (maros point), sampah dapur cangkang moluska dan beberapa fragmen tembikar. Hasl penelitian ini dapat memberikan perspektif barun tentang intereaksi antara ras (Austromelanesoid dengan Austronesia) yang melahirkan suatu bentuk akulturasi buadaya yang terjadi pada masa lampau.

Article Details

Section
Articles

References

Aubert, M., Brumm, A., Ramli, M., Sutikna, T., Saptomo, E. W., Hakim, B., . . . Dosseto, A. (2014). Pleistocene Cave Art from Sulawesi, Indonesia. Nature 514, 223 - 227. (

Bulbeck, D. F., Sumantri, I., & Hiscock, P. (2004). Leang Sakapao 1, A Second Dated Pleistocene Site From South Sulawesi, indonesia. Dalam S. G. Keates, & J. M. Pasveer, Quaternary Research in Indonesia (hal. 111-128). Amsterdam: Balkema Publisher.

Davidson, R. J. (2009). Penentuan Tinggi Badan Berdasarkan Panjang Lengan Bawah. Medan: PPDS Forensik Fakultas Kesehatan Universitas Sumatera Utara. ( View )

Duli, A. (1992). Adaptasi Manusia Prasejarah pada Gua-Gua di Minasa Tene, Kabupaten Pangkep: Suatu Pendekatan Ekologis. Jurnal Lembaga Penelitian Unhas.

Duli, A. (2013). The Mandu Coffin: A Boat Symbol of Ancestral Spirits Among The Enrekang People of South Sulawesi. Journal RIMA - Review of Indonesian and Malaysian Affairs, Vol. 47 No. 1. ( View )

Duli, A. (2014). Shape and Chronology of Wooden Coffins in Mamasa, West Sulawesi Indonesia. Tawarikh, International Journal for Historical Studies, Vol. 5 April. ( View )

Duli, A. (2015). Typology and Chronology of Erong Wooden Coffins in Tana Toraja, South Celebes. Time and Mind, The Journal of Archaeology, Consciousness and Culture Vol. 8 No. 1, 3-10. ( View

Duli, A., & Nur, M. (2016). Prasejarah Sulawesi. Makassar: FIB Unhas Press. ( View )

Duli, A., Mulyadi, Y., & Rosmawati. (2019). The Mapping Out of Maros-Pangkep Karst Forest as a CUltural Heritage Conservation. IOP Converence Series: Earth and Environmental Science 270. ( View )

Fakhri. (2017). Identifikasi Rangka Manusia Situs Gua Balang Metti, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan. Walennae, Vol. 15, No.2, November, 89-100. http://dx.doi.org/10.24832/wln.v15i2.34 ( View )

Glinka, J., Artaria, M. D., & Koesbardiati. (2008). Metode Pengukuran Manusia. Surabaya: Airlangga University Press. ( View )

Glover, I. C. (1981). Leang Burung 2: An Upper Palaeolitic Rock Shelter in South Sulawesi, Indonesia. MQRSEA, 1-38.

Hakim, B. (2017). Interpretasi Awal Temuan Gigi Manusia Di Situs Bala Metti, Bone dan Situs Leang Jarie, Maros, Sulawesi Selatan. Walennae, Vol. 15, No. 1, Juni, 19-30. ( View )

Hakim, B., Mahmud, M. I., Fakhri, Muhaeminah, Hernianti, Saiful, A. M., & Suryatman. (2018). Penelitian Situs Gua Prasejarah di Wilayah Maros dan Pangkep Sulawesi Selatan. Makassar: Balai Arkeologi Sulawesi Selatan.

Ismail, N. A., & et.al. (2018). Hoabinhian's Lithic Technology in Chawan Cave, Hulu Kelantan. International Journal of Mechanical Engineering and Technology (IJMET), Vol. 9 (13), 1007-1015.

Knight, B. (1996). The Establishment of Identity of Human Remains: Forensic Pathology. New York: Oxford University Press.

Kusuma, S. E., & Yudianto, A. (2010). Identifikasi Medikolegal. Dalam Hoediyanto, & H. Apuranto, Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal (Vol. Edisi 7, hal. 311-336). Surabaya: Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.

Lovejoy, C. O. (1985). Dental Wear in the Libben Population: Its Functional Pattern and Role in the Determination of Adult Skeletal Age at Death. American Journal of Physical Anthropoly(68), 47-56.

Nandy, A. (1996). Identification of An Individual: Principles of Forensic Medicine. Calcutta: New Central Book Agency.

Noerwidi, S. (2012). Rekonstruksi Aspek Biologis dan Konteks Budaya Rangka Manusia Holosen, Song Keplek 5. Berkala Arkeologi, Vol. 32, No. 2, November, 135-150. ( View )

Noerwidi, S. (2014). Beberapa Aspek Biokultural Rangka Manusia Dari Situs Kubur Kuna Leran, Rembang, Jawa Tengah. Amerta, Vol. 32, No. 2, Desember, 77-154. ( View )

Poesponegoro, M. D., & Notosusanto, N. (1984). Sejarah Nasional Indonesia 1. Jakarta: Balai Pustaka.

Simanjuntak, T. (2008). Austronesian in Sulawesi: It’s Origin, Diaspora and Living Tradition. Dalam T. Simanjuntak, Austronesian in Sulawesi. Jakarta: Galang Press.

Sinha, P., & Glover, I. C. (1984). Changes in Stone Tool Use South East Asia 10.000 Years Ago. MQRSEA, 137-164.

Supian, N. M., Ramli, Z., Ismail, N. A., Hussin, A., & Duli, A. (2018). The Study of Earthenware at Jaya Cave Prehistoric SIte, Hulu Kelantan. International Journal of Mechanical Engineering and Technology, Volume 9 (13), 998-1006. ( View )

Suryatman, Hakim, B., Mahmud, M. I., Fakhri, Burhan, B., Oktaviana, A. A., . . . Syahdar, F. A. (2019). Bukti Teknologi Maros Point Tertua Di Kawasan Budaya Toalean, Sulawesi Selatan. Walennae, 1-17. ( View )

Tanudirjo, D. A. (2005). Theoretical Trends in Indonesia Archaeology. Dalam P. J. Ucko, Theory in Archaeology A World Perspective. London: Taylor and Francis. ( View )

Ubelaker, D. H. (2008). Forensic Anthropology: Methodology and Diversity of Application. Dalam M. A. Katzenberg, & S. R. Saunders, Biological Anthropology of the Human Skeletal (hal. 41-70). New Jersey: John Wiley & Sons, Inc. ( View )

White, T. D., & Folkens, P. A. (2005). The Human Bone Manual. London: Elsevier Academic Press. ( View )

Widianto, H. (2005). Teknik Analisis Ekofak: Sisa Manusia. Jurnal Arkeologi Indonesia, Nomor 3, September, 145-156.

Widianto, H. (2018). Migrasi dan Proses Hunian Manusia di Kepulauan Nusantara Pada Kala Plestosen-Holosen. Jakarta: Pusat Penelitian Arkeologi Nasional.

Most read articles by the same author(s)

1 2 3 > >>