SETTLEMENT SPATIAL PLANNING AND CULTURAL SYSTEM OF TANJUNG LEWORAJA SITE REGENCY, LEMBATA DISTRICT TATA RUANG PEMUKIMAN DAN SISTEM BUDAYA MASYARAKAT PENGHUNI SITUS TANJUNG LEWORAJA, KABUPATEN LEMBATA

Main Article Content

Hamdan Hamado
Khadijah Thahir Muda
Muhammad Nur

Abstract

Tanjung Leworaja is one of the megalithic settlement sites located in Pantai Harapan Village, Wulandoni Subdistrict, Lembata District. This research aims to understand the function of several megalithic remains within the site and to explore the spatial layout of the site, providing insights into the cultural system practiced by the early inhabitants of Tanjung Leworaja. This study employs a descriptive-analytical approach using methods of data collection that include literature reviews, field surveys, and interviews. Data processing is conducted through functional analysis and spatial analysis to examine the distribution of the remains, as well as historical and ethnographic analysis. Explanations are provided by correlating various data analysis results to gain an understanding of the research questions. The findings indicate that the Tanjung Leworaja site was a settlement with a spatial layout divided into three areas: residential, religious, and agricultural spaces. Furthermore, the cultural system that once existed at the Tanjung Leworaja site included a religious system and livelihood system. The religious practices of the site's past inhabitants were part of a local religion known as "Lera Wulan Tana Ekan," while the livelihoods prevalent at the Tanjung Leworaja site were those of farmers and fishermen.


 


 


Tanjung Leworaja merupakan salah satu situs bekas pemukiman megalitik yang terletak di Desa Pantai Harapan, Kecamatan Wulandoni, Kabupaten Lembata. Penelitian ini bertujuan untuk memahami fungsi dari sejumlah tinggalan megalitik di situs tersebut serta mencoba memahami bentuk tata ruang situs dan memberikan gambaran tentang sistem budaya yang pernah dipraktikkan oleh masyarakat awal penghuni situs Tanjung Leworaja. Penelitian ini bersifat deskriptif analitis dengan menerapkan metode pengumpulan data melalui kajian pustaka, survei lapangan, dan wawancara. Pengolahan data dilakukan melalui tahapan analisis fungsional dan analisis keruangan untuk melihat sebaran tinggalan, serta analisis historis dan etnografi. Eksplanasi dilakukan dengan mengaitkan berbagai hasil analisis data untuk memperoleh gambaran mengenai jawaban dari pertanyaan penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa situs Tanjung Leworaja merupakan situs pemukiman dengan tata ruang yang terbagi menjadi tiga bagian, yakni ruang hunian, ruang religi, dan ruang pertanian. Lebih lanjut, sistem budaya yang pernah berlangsung di situs Tanjung Leworaja terdiri dari sistem religi dan mata pencaharian. Sistem religi pada masyarakat masa lalu penghuni situs Tanjung Leworaja adalah agama lokal yang dikenal dengan istilah “Lera Wulan Tana Ekan”, sedangkan mata pencaharian masyarakatnya adalah petani dan nelayan.

Article Details

Section
Articles

References

Artanegara. (2018). Tinggalan Arkeologi di Kampung Adat Lamalera, Kabupaten Lembata. https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbbali

Barnes, R. . (1993). Construction Sacrifice , Kidnapping and Head-hunting Rumors on Flores and Elsewhere in Indonesia. Oceania Publications, University of Sydney, 64(2), 146–158.

Barnes, R. . (2009). A temple, a mission, and a war. Jesuit missionaries and local culture in east Flores in the nineteenth century. In Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde (pp. 32–61). Koninklijk Instituut voor taal-, Land- en Volkenkunde.

Bawono, R. ., Laksmi, N. K. P. ., Kristiawati, & Titasari, C. . (2018). Eksplorasi Tinggalan Arkeologi di Desa Hingalamamengi, Kecamatan Omesuri, Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur. International Conference On Science. Technology And Humanities (ICOSTH).

Bintarti, D. D. (1986). Lewoleba Sebuah Situs Masa Prasejarah di Pulau Lembata. Prosiding Pertemuan Ilmiah Arkeologi IV, 73–90.

Blikololong, J. B. (2010). Du-Hope di Tengah Penetrasi Ekonomi Uang. Sebuah Kajian Sosiologis Terhadap Sistem Barter di Lamalera, Nusa Tenggara Timur. Disertasi. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Program Studi Sosiologi. Universitas Indonesia. Depok.

Eerde, J. . Van. (1920). De Volken Van Nederlandsch Indie in Monographieen. Deel 1. Koninklijke Bibliotheek.

Hägerdal, H. (2012). Lords Of The Land, Lords Of The Sea. Conflict and Adaptation in Early Colonial Timor, 1600-1800. KITLV Press.

Hamado, H. (2020). Tipologi Bentuk dan Jenis Ragam Hias Gerabah di Situs Tanjung Leworaja, Kecamatan Wulandoni, Lembata. Jurnal Arkeologi Papua, 12(2), 133–151. https://doi.org/https://doi.org/10.24832/papua.v12i2.275

Hamado, H. (2021). Potensi Arkeologis di Situs Wai Ujan, Kecamatan Wulandoni, Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur. Tumotowa, 4(1), 1–12. https://doi.org/10.24832/tmt.v4i1.79

Handini, R., Oktaviana, A. A., Sofian, H. O., & Simanjuntak, T. (2019). Seri Rumah Peradaban: Berpetualang ke Lembata Yuuk. Pusat Penelitian Arkeologi Nasional.

Hasanuddin. (2017). Situs-situs Megalitik di Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan. Kapata Arkeologi, 13(1), 83. https://doi.org/10.24832/kapata.v13i1.395

Hasliana, Ikram, M., Ramadhan, A., Rafiuddin, M., Anshari, K. Al, & Astria, R. W. (2022). Pemukiman Situs Bulo-Bulo DI Kabupaten Sinjai. Walennae: Jurnal Arkeologi Sulawesi Selatan Dan Tenggara, 20(2), 169–184.

Hua, S. (2021). Sejarah Kerajaan Labala di Lembata pada Masa Pemerintahan Raja Kiwan Mayeli Tahun 1879-1897. Skripsi. Universitas Nusa Cendana. Kupang.

Jeraman, P. (2021). Arsitektur Vernakulat (di) NTT; Eksistensi dan Keberlanjutannya Masa Kini. Penelitian Mandiri. Laboratorium Arsitektur Vernaklar.

Liong, L. G. (1965). Palaeoanthropological Results of the Excavation at the Coast of Lewoleba (Isle of Lomblen). Antropos, 1(6), 609–624.

Malonda, J. E. (2020). Pahatan Cadas Situs Liang Pu’en Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur. Skripsi. Universitas Udayana. Denpasar.

Malonda, J. E., Ardika, I. W., Bawono, R. A., Oktaviana, A. A., & Setiawan, P. (2021). Variasi Motif Wajah di Situs Leang Pu;en. Kabupaten Lembata. Stupika. Journal of Archaeology and Culture, 4(2), 20–28.

Mansyur, S., Fadillah, M. A., Djindar, N. I., Somba, N., Hasrianti, H., Mulyadi, A., & Hamado, H. (2022). Landscape of Pre-Islamic Beliefs: The Rise of Agriculture and Bugis Diaspora. Proceedings of the 9th Asbam International Conference (Archeology, History, & Culture In The Nature of Malay) (ASBAM 2021), 660(Asbam 2021), 218–226. https://doi.org/10.2991/assehr.k.220408.030

O’Connor, S., Kealy, S., Louys, J., Kaharudin, H. A. F., Lebuan, A., & Hawkins, S. (2018). Unusual painted anthropomorph in Lembata island extends our understanding of rock art diversity in Indonesia. Rock Art Research, 35(1), 79–84.

Oktaviana, A. A., Simanjuntak, H. T., Geria, I. M., Artaria, M., Handini, R., Hadiwisastra, A., Setiawan, P., Sofian, H. O., Ririmasse, M. N. R., Adhityatama, S., Ngadiran, Mujiyono, & Malonda, J. E. (2019). Laporan Penelitian Arkeologi: Menelususri Jejak Budaya Masa Prasejarah di Pulau Lembata, Nusa Tenggara timur. Pusat Penelitian Arkeologi Nasional. Jakarta.

Payong, Y. K. S. (2016). Pola Permukiman Kampung Adat Lewohala di Kabupaten Lembata-Flores Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Jurnal Ruang-Space, 3(2).

Prasetyo, B. (2013). Persebaran dan Bentuk-Bentuk Megalitik Indonesia: Sebuah Pendekatan Kawasan. Kalpataru, 22(2), 61–122. https://doi.org/Retrieved from https://ejournal.brin.go.id/kalpataru/article/view/2603

Prasetyo, B. (2015). Megalitik, Fenomena yang Berkembang di Indonesia. Galangpress.

Radiny, H. S., & Artaria, M. D. (2019). Age and Tooth Wear of Ancient People in Lewoleba Site, East Nusa Tenggara, Indonesia. http://repository.unair.ac.id/88332/5

Rappoport, D. (2016). Why do they (still) sing stories? Singing narratives in Tanjung Bunga (eastern Flores, Lamaholot, Indonesia). Wacana, 17(2), 163–190. https://doi.org/10.17510/wacana.v17i2.439

Rappoport, D. (2017). Singing in Dangerous Places (Flores , Lamaholot , Indonesia). The Asia Pacific Journal of Anthropology, 18(5). https://doi.org/10.1080/14442213.2017.1372515

Riyani, N. E. (2020). Sumber Lempung pada Gerabah Situs Liliodeq, Pulau Lembata, Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Skripsi. Program Studi Arkeologi. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Rongan, I. M. (2018). Konstruksi Sosial Mahar Gading (Studi Pernikahan Masyarakat Wulandoni, Kabupaten Lembata). Skripsi. Program Studi Pendidikan Sosiologi. Universitas Muhammadiyah Makassar.

Rushbrooke, E. G. . (1944). Geographical Handbook Series for Official Use Only: Netherlands East Indies (Volume 1). Naval Intelligence Division, Central Archaeological Library.

Saputra, M. S. (2020). Penghunian Situs Liang Alarebeng, Lembata, Nusa Tenggara Timur Masa Holosen Akhir (Tinjauan Ekofak Kerang). Skripsi.Program Studi Arkeologi. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Simanjuntak, T., Fauzi, R., Gallipaud, J. C., Buckley, H., & Azis, F. A. (2012). Prasejarah Austronesia di Nusa Tenggara Timur: Sebuah Pandangan Awal. Amerta, 30(2), 75–89. https://doi.org/10.24832/amt.v30i2.387

Stanis, S. (2005). Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut Melalui Pemberdayaan Kearifan Lokal di Kabupaten Lembata, Propinsi Nusa Tenggara Timur. Tesis.Universitas Diponegoro. Semarang.

Sukendar, H. (1980). Laporan Penelitian Kepurbakalaan di Sulawesi Tengah. In Berita Penelitian Arkeologi (Issue 25). Pusat Penelitian Arkeologi Nasional.

Sukendar, H. (1987). Description on The Megalitihic Tradition of Indonesia. Berkala Arkeologi, 8(1), 1–30. https://doi.org/10.30883/jba.v8i1.483

Sulistyo, A. (2008). Situs-Situs Megalitik di Daerah Tenggara Gunung Slamet Purbalingga Jawa Tengah: Kajian Lingkungan Fisik dan Karakteristik Situs. Skripsi. Fakultas Ilmu Budaya: Universitas Indonesia.