GODDESS DURGA STATUE IN TEMPLE BUKIT DHARMA DURGA KUTRI GIANYAR AND GODDESS DURGA STATUE IN CANDI JAWI PASURUAN (A COMPARATIVE STUDY) ARCA DEWI DURGA DI PURA BUKIT DHARMA DURGA KUTRI GIANYAR DAN ARCA DEWI DURGA DI CANDI JAWI PASURUAN (STUDI KOMPARATIF IKONOGRAFI)
Main Article Content
Abstract
Indonesia has abundant archaeological remains, especially those from the Hindu-Buddhist period, one example of which is statues that represent the appearance of gods or goddesses. One of the goddess figures that is widely made in the form of a statue is the goddess of Durga. Although the figure of the goddess being carved is the same figure, there are differences and similarities from the iconographic context that become the unique feature of each statue. The objects of this study are two statues of the goddess Durga, each of which comes from Pura Bukit Dharma Durga Kutri, Bali and Mpu Tantular Museum, East Java. The purpose of this study is to find similarities and differences in the two statues, along with the reasons and factors behind this happening. So that it is known to what extent the creativity of the rupakara in the past, especially during the Hindu-Buddhist period. In this research, two approaches are used, namely historical archaeology and Hindu-Buddhist iconography analysis. The results of this research show that there are differences and similarities in terms of the laksana carried, and also the abhasana worn by the two statues. The factors behind this can occur due to several reasons such as, obedience to the scriptures, the religious sect of the figure for whom the statue was made, and the art style that developed at that time.
Indonesia memiliki tinggalan arkeologis yang melimpah, terutama yang berasal dari periode Hindu-Buddha, salah satunya adalah arca-arca yang merepresentasikan rupa dari para dewa atau dewata. Salah satu tokoh dewi yang paling banyak dibuat dalam bentuk arca adalah Dewi Durga. Meskipun tokoh dewi yang diarcakan merupakan tokoh yang sama, akan tetapi terlihat perbedaan dan persamaan dari konteks ikonografi yang menjadi keunikan tersendiri pada masing-masing arca. Objek kajian dalam penelitian ini adalah dua buah arca Dewi Durga, yang masing-masing berasal dari Pura Bukit Dharma Durga Kutri, Bali dan Museum Mpu Tantular, Jawa Timur. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan persaamaan dan perbedaan pada kedua arca tersebut, beserta alasan dan faktor yang melatarbelakanginya. Sehingga diketahui sejauh mana kreativitas para rupakara pada masa lalu, khususnya pada periode Hindu-Buddha. Dalam penelitian ini digunakan dua pendekatan, yaitu arkeologi sejarah dan analisis ikonografi Hindu-Buddha. Hasil penelitian ini meperlihatkan adanya perbedaan dan persamaan dalam segi laksana yang dibawa, dan juga abhasana yang dikenakan oleh kedua arca. Ada beberapa faktor yang melatarbelakangi perbedaan tersebut, diantaranya karena ketaatan pada kitab suci, aliran agama dari tokoh yang dibuatkan arca, dan gaya seni yang berkembang pada masa itu.
Article Details
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Penulis yang naskahnya diterbitkan menyetujui ketentuan sebagai berikut:
- Hak publikasi atas semua materi naskah jurnal yang diterbitkan/dipublikasikan dalam situs E-Journal Walennae ini dipegang oleh dewan redaksi dengan sepengetahuan penulis (hak moral tetap milik penulis naskah).
- Ketentuan legal formal untuk akses artikel digital jurnal elektronik ini tunduk pada ketentuan lisensi Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike (CC BY-NC-SA), yang berarti Jurnal Walennae tidak memiliki tujuan komersial, berhak menyimpan, mengalih media/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan artikel tanpa meminta izin dari Penulis selama tetap mencantumkan nama Penulis sebagai pemilik Hak Cipta.
- Naskah yang diterbitkan/dipublikasikan secara cetak dan elektronik bersifat open access untuk tujuan pendidikan, penelitian, dan perpustakaan. Selain tujuan tersebut, dewan redaksi tidak bertanggung jawab atas pelanggaran terhadap hukum hak cipta.
The Authors whose manuscript are published as detailed as follows:
- The publication rights of all Journal manuscript that published in the Walennae E-Journal website are held by the editorial board with the author's acknowledgement.
- Formal legal provisions for accessing digital articles of electronic journals in the decision of the Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike (CC BY-NC-SA) license, which means Walennae Journal has no commercial purpose, has the right to save, transfer media / format, manage in the form of databases, caring for, and publishing articles without asking permission from the Author as long as it keeps the name of the Author as the Copyright owner.
- Manuscripts published by printed and electronically open access for educational, research and library purposes. In addition, the editorial board is not responsible for copyright infringement
References
Ardhana, I. K. (2015). Calonarang Dalam Kebudayaan Bali. Denpasar: Cakra Press.
Astawa, A. A. G. O. (1996). Arca Ardhanariswara di Bali: Tinjauan Tentang Fungsi. Forum Arkeologi, 9(1). https://doi.org/http://dx.doi.org/10.24832/fa.v9i1.310
Basudewa, D. G. Y. (2019). Laksana Durga Mahisasuramardini di Bali: Sebuah Tinjauan Variasi dan Makna. Siddhayatra, 24(2), 128–149. https://doi.org/http://dx.doi.org/10.24832/siddhayatra.v24i2.155
Calo, A. (2020). Durga Mahisasuramardini in Likely Tantric Buddhist Context from the Northern Indian Subcontinent to 11th-Century Bali. Journal of Buddhist and Hindu Art, Architecture and Archaeology of Ancient to Pramodern Southeast Asia, 1(3), 7–14. https://doi.org/https://doi.org/10.25501/SOAS.00032820
Funari, P. P. A. (2003). Historical Archaeology: Back from The Edge. New York: Routledge.
Goris, R. (1954). Prasasti Bali I. Bandung: N.V. Masa Baru.
Izza, N. A. (2020). Menggali Idenitas Nasional Melalui Gaya Seni Arca Masa Hindu-Buddha di Nusantara. Yogyakarta.
Jaya, I. B. S. (2018). Kajian Seni Arca Pada Masa Klasik di Bali. Denpasar.
Knebel, J. (1903). De Doerga-voorstelling in de beeldhouwkunst en littera- tuur der Hindoes. Bijdragen Tot de Taal-, Land- En Volkenkunde van Nederlandsch-Indië.
Kumar, Dr. B. (2005). Mahisasura-Mardini in Indonesia: An Iconographic Study. Depok.
Lelono, T. M. H. (2013). Bahan dan Cara Pembuatan Arca Batu Sebagai Komponen Penting Candi-candi Masa Klasik di Jawa. Berkala Arkeologi.
Maulana, R. (1993). Laporan Penelitian: Variasi Ciri-ciri Arca Durga Mahisasuramardini. Depok.
Munandar, A. A. (2016). Arkeologi Pawitra. Jakarta: Wedatama Widya Sastra.
Munandar, A. A. (2012). Indonesia dalam Arus Sejarah: Kerajaan Hindu-Buddha. Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve.
Pullen, L. S. (2021). Patterne Splendour. Singapura: ISEAS.
Rahardjo, S. (2011). Peradabab Jawa. Depok: Komunitas Bambu.
Ramelan, W. D. S. (2013). Candi Indonesia: Seri Jawa. Jakarta: Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Ramelan, W. D. S. (2014). Candi Indonesia: Seri Sumatera, Kalimantan, Bali, Sumbawa. Jakarta: Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman Kemdikbud.
Rao, T. A. G. (1914). Elements of Hindu Iconography (Vol. I - Part I). Madras: The Law Printing House Mount Road.
Redig, I. W. (2018). Variasi Ikonografi Arca-Arca Perwujudan Perunggu Koleksi Museum Bali Dan BPCB Bali-Nusa Tenggara. Jurnal Humanis, Fakultas Ilmu Budaya Unud.
Santiko, H. (1987). Kedudukan Bhatari Durga di Jawa Pada Abad X-XV Masehi. Depok: Universitas Indonesia.
Sedyawati, E. (1977). Pengertian Arca. In Pertemuan Ilmiah Arkeologi ke 1. Cibulan.
Soekmono, R. (1969). Gurah: The Link Between the Central and The East-Javanese.
Soekmono, R. (1973). Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 2. Yogyakarta: Kanisius.
Soekmono, R. (1989). Pengantar Sejarah Kebudayaan Inddonesia 1. Yogyakarta: Kanisius.
Soekmono, R. (2005). Candi: Fungsi dan Pengertiannya. Kudus: Jendela Pustaka.
Srijaya, I. W. (2020). Ikonografi Hindu Abad VIII-XIV Masehi di Kabupaten Gianyar, Bangli, Buleleng: Analisis Bentuk, Fungsi, dan Makna. Jurnal Kajian Bali, 10(2). https://doi.org/https://doi.org/10.24843/JKB.2020.v10.i02.p06
Stutterheim, W. F. (1929). Oudheden Van Bali. Singaraja: Kirtya Liefrink-Van der Tuuk.
Sukendar, H. (1999). Metode Penelitian Arkeologi. Jakarta: Pusat Penelitian Arkeologi Nasional.