THE DISTRIBUTION OF ACEHNESE TOMBSTONE IN SOUTH SULAWESI PERSEBARAN BATU NISAN ACEH DI SULAWESI SELATAN

Main Article Content

Makmur
Nurul Adliyah Purnamasari
Laila Abdul Jalil
Untung

Abstract

This research aims to provide an in-depth understanding of the distribution of the use of Acehnese tombstones in South Sulawesi. This study was carried out using qualitative research methods with an archaeological scientific approach. Primary data in the form of Acehnese tombstones was obtained through direct observation at tomb complexes in South Sulawesi. To complete the primary data, a review of literature relevant to the research topic was also carried out. Research findings show that initially, Aceh tombstones entered South Sulawesi due to maritime sailing and trading activities that fostered cultural connectivity between regions in the Nusantara. At the time, Aceh tombstones became one of the import commodities from the Aceh region to various areas in the Nusantara, including South Sulawesi. Eventually, the high intensity of the use of Aceh tombstones by elite royal figures and nobles likely encouraged the tombstone industry in this area to also produce and create imitations of Aceh tombstones in an effort to meet local demand.


 


Penelitian ini bertujuan memberikan pemahaman mendalam tentang persebaran penggunaan nisan Aceh di Sulawesi Selatan. Kajian ini dilakukan melalui metode penelitian kualitatif dengan pendekatan keilmuan arkeologi. Data primer berupa batu nisan Aceh diperoleh melalui observasi langsung di kompleks makam yang terdapat di Sulawesi Selatan. Untuk melengkapi data primer, dilakukan juga kajian literatur yang relevan dengan topik penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nisan Aceh awalnya masuk ke Sulawesi Selatan karena adanya aktivitas pelayaran dan perdagangang maritim yang mendorong lahirnya konektivitas budaya antar wilayah di Nusantara. Kala itu, nisan Aceh menjadi salah satu komoditas impor dari wilayah Aceh ke berbagai daerah di Nusantara, termasuk Sulawesi Selatan. Hingga kemudian tingginya intensitas penggunaan nisan Aceh oleh para tokoh elit kerajaan dan bangsawan juga turut mendorong industri pembuatan nisan di wilayah ini untuk  memproduksi dan membuat imitasi nisan Aceh sebagai upaya memenuhi permintaan lokal.

Article Details

Section
Articles

References

Abbas, I., Darmawijaya, D., & Sudrajat, A. (2023). Political Behavior of Sultan Hasanuddin and Sultan: Islamic Political Perspective. Al-Qalam, 29(1), 136. https://doi.org/10.31969/alq.v29i1.1171

Abdullah, A. (2016). Islamisasi di Sulawesi Selatan dalam Perspektif Sejarah. Paramita, 26(1), 86–94. https://doi.org/10.15294/paramita.v26i1.5148

Agustina, R. A., Bosra, M., & Ahmadin. (2023). Peran Datuk Ri Bandang dalam Menyebarkan Islam di Selayar: Study Historis Masuknya Islam di Selayar. Attoriolong, 21(1), 10–16.

Ajis, A. A. (2020). Analisis Morfologi Nisan Sultan-Sultan Kerajaan Samudera Pasai. Panalungtik, 3(2), 143–157. https://doi.org/10.24164/pnk.v3i2.38

Ambary, H. M. (1988). Kota Banda Aceh sebagai Pusat Kebudayaan dan Tamaddun. In Kota Banda Aceh Hampir 1000 Tahun (pp. 12–14). Pemerintah Daerah Tk. II Banda Aceh.

Anugrah, D. (2016). Kerajaan Arungkeke di Jeneponto. In Sejarah dan Budaya Lokal dari Sulawesi sampai Bima (pp. 411–420). Gunadarma Ilmu.

Arsip Nasional Republik Indonesia. (2016). Citra Kabupaten Gowa dalam Arsip. Arsip Nasional Republik Indonesia. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

Asmunandar. (2020). Re-Identitas Kota Lama Makassar. Lensa Budaya, 15(1), 1–14.

https://doi.org/10.34050/jlb.v15i1.11079

Caldwell, I., & Bougas, W. . (1992). Fajar Sejarah Binamu dan Bangkala. 14, 1–54.

Cummings, W. (2010). The Makassar Annals. KITLV Press.

Dafirah. (2016). Profil kepemimpinan raja-raja Wajo (Sulawesi Selatan) dalam Lontaraq

Akkarungeng ri Wajo. Manuskripta, 6(4), 19–38. https://doi.org/10.33656/manuskripta.v6i2.52

Dajadiningrat, R. H. (1982). Kesultanan Aceh (Suatu Pembahasan Tentang Sejarah Kesultanan Aceh Berdasarkan Bahan-Bahan yang Terdapat dalam Karya Melayu). Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Darmawijaya. (2017). Penjelasan Sejarah atas Keluarnya Arung Palakka dari Barisan Sultan

Hasanuddin Menjelang Perang Makassar. Walasuji, 8(1), 27–43. https://doi.org/10.36869/wjsb.v8i1.103

Feener, R. M., Daly, P., McKinnon, E. E., En-Ci, L. L., Ardiansyah, Nizamuddin, Ismail, N., Seng, T. Y., Rahardjo, J., & Sieh, K. (2021). Islamisation and the Formation of Vernacular Muslim Material Culture in 15th-Century Northern Sumatra. Indonesia and the Malay World, 49(143), 1–41. https://doi.org/10.1080/13639811.2021.1873564

Hadrawi, M. (2017). Bangkala dan Binamu: Suatu Kajian Naskah Lontara’ dalam Sosial

Politik Jeneponto Kuno. Etnosia, 2(2), 22–47. https://doi.org/10.31947/etnosia.v3i1.3608

Hadrawi, M. (2018). Sea Voyages and Occupancies of Malayan Peoples At the West Coast of South Sulawesi. International Journal of Malay-Nusantara Studies, 1(1), 80–95.

Hasanuddin, & Burhan, B. (2011). Bentuk dan Ragam Hias Makam Islam Kuno di Kabupaten

Jeneponto Sulawesi Selatan. Walennae, 12(1), 85–100. https://doi.org/10.24832/wln.v13i1.254

Husni, M., & Hasanuddin. (2011). Potensi dan Sebaran Arkeologi Masa Islam di Sulawesi Selatan. Walennae, 12(1), 113–122. https://doi.org/10.24832/wln.v16i1.329

Inagurasi, L. H. (2017). Ragam Hias Batu Nisan Tipe Aceh pada Makam-Makam Kuna di Indonesia Abad Ke 13-17. Kalpataru Majalah Arkeologi, 26(1), 37–52. https://doi.org/10.24832/kpt.v26i1.259

Ismail, M. U. bin, Rammlu, Z., & Zakaria, R. M. A. (2022). Islamic Art Influences on Several Batu Aceh Gravestones in Sumatra and the Malay Peninsular: Revisited. The Islamic Quarterly, 66(1), 1–38.

Jalil, L. A., Harsela, S. J., & Ninghadiyati, U. (2023). Nisan Tipe Aceh Di Situs Raja-Raja Banjar: Bukti Hubungan Kesultanan Aceh-Banjar pada Abad Ke 17-18 M. JIM: Jurnal

Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Sejarah, 8(3), 921–937. https://doi.org/10.24815/jimps.v8i3.24900

Juliani, R. (2017). Menarik Benang Merah Hubungan Aceh dengan Sulawesi Selatan. Source: Jurnal Ilmu Komunikasi, 3(1). https://doi.org/10.35308/source.v3i1.633

Khan, S. B. A. L. (2015). Response and Resilience: Aceh’s Trade in the Seventeenth Century.

Indonesia, 2015(100), 33–51. https://doi.org/10.5728/indonesia.100.0033

Khusyairi, J. A., Latif, A., & Samidi. (2016). Berlayar Menuju Pulau Dewata: Migrasi OrangOrang Bugis-Makassar ke Bali Utara. Jurnal Masyarakat & Budaya, 18(1), 121–132. https://doi.org/10.14203/jmb.v18i1.345

Kila, S. (2013). Syekh Yusuf Tuanta Salamaka: Pemujaannya di Tanah Makassar. Al-Qalam, 19(2), 177–186. https://doi.org/10.31969/alq.v19i2.166

Kila, S. (2018). Syekh Yusuf: Pahlawan Nasional Dua Bangsa Lintas Benua. Walasuji, 9(2), 237–248. https://doi.org/10.36869/wjsb.v9i2.44

Lambourn, E. (2004). The Formation of the Batu Aceh Tradition in Fifteenth-Century Samudera-Pasai. Indonesia and the Malay World, 32(93), 211–248. https://doi.org/10.1080/1363981042000320143

Lambourn, E. (2008). Tombstones, Texts, and Typologies: Seeing Sources for The Early History of Islam in Southeast Asia. Journal of the Economic and Social History of the Orien, 51(2), 252–286. https://doi.org/10.1163/156852008X307447

Mahmud, M. I. (2013). Pelayaran dan Perdagangan Abad XVII-XIX Bugis-Makassar ke Papua. Papua, 5(1), 37–57. https://doi.org/10.24832/papua.v5i1.57

Makmur, Purnamasari, N. A., Hasanuddin, Ramli, M., Hadrawi, M., AKW, B., & Sahroni, A. (2022). Nisan Khas Bugis Bone: Pertemuan Budaya Lokal dengan Agama Islam. Walennae, 20(2), 97–112. https://doi.org/10.24832/wln.v20i2.713

Mohamed, A., Mat, F. H. B., Mutalib, S., Rahman, S. A., & Arshad, N. H. (2008). Batu Aceh Typology Identification Using Back Propagation Algorithm. Weseas Transcation on Information Science & Application, 1(5), 14–21.

Muhaeminah. (2014). Laporan Penelitian Jejak-Jejak Arkeologi Awalul Islam Tahap II.

Muhaeminah, & Makmur. (2016). Jejak Orang Melayu Sebagai Penyebar Agama Islam Di

Kerajaan Gowa-Tallo. Al-Qalam, 21(2), 375–386. https://doi.org/10.31969/alq.v21i2.234

Mukhtar, A. H. H., Ramli, Z., Samsuddin, M., Wahab, M. R. A., Ali, M. S. M., & Hasni, M. T. (2016). Batu Acheh: Jumpaan Terbaharu di Pulau Langkawi, Kedah Malaysia. In A. Duli, B. Arafah, Z. Ramli, M. Hadrawi, T. Maknum, R. M. A. Zakaia, & A. M. Akhmar (Eds.), Prosiding Seminar Antarbangsa Arkeologi, Sejarah, Budaya dan Bahasa di Alam Melayu Nusantara (ASBAM) ke-5 (pp. 569–586). Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin.

Mulyadi, Y. (2021). Makam-Makam Islam di Kerajaan Gowa dan Tallo dari Abad XVII-XX Masehi: Pertarungan Identitas dan Relasi Kuasa. Universitas Indonesia.

Mutmainnah, Najamuddin, & Ridha, M. R. (2021). Kerajaan Gowa pada Masa Pemerintahan I Mangarangi Daeng Manrabbia 1593-1639. Attoriolog, 9(1), 1–10. https://ojs.unm.ac.id/Attoriolong/article/view/20594

Muttalib, A. (1985). Kompleks Makam Sultan Hasanuddin. Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Sulawesi Selatan.

Nasruddin. (2014). Usaha La Sangkuru Patau dalam Mengembangkan Agama Islam di Kerajaan Wajo. Jurnal Adabiyah, XIV(2), 143–149. https://journal.uinalauddin.ac.id/index.php/adabiyah/article/view/356

Nur, M. (2018). Transformasi Bentuk Makam Raja-Raja Tanete dari Abad ke-17 Hingga Abad ke-20. Walennae, 16(1), 55–68. https://doi.org/10.24832/wln.v16i1.329

Nur, M., & Hasanuddin. (2017). Unsur Budaya Prasejarah dan Tipo-kronologi Nisan di Kompleks Makam Mattakko, Maros, Sulawesi Selatan. Arkeologi Papua, 9(1), 59–70. https://doi.org/10.24832/papua.v9i1.207

Nur, M., Yusriana, Y., Duli, A., Muda, K. T., Rosmawati, R., Akhmar, A. M., Mansyur, S.,

A.S., C., & Asmunandar, A. (2020). The Relationship of Soppeng with Other Region between 17th and 19th Centuries Based on Grave Data at Jera Lompoe. Walennae, 18(2), 119–130. https://doi.org/10.24832/wln.v18i2.493

Nur, N., Purwanto, B., & Suryo, D. (2016). Perdagangan dan Ekonomi di Sulawesi Selatan, pada Tahun 1900-an Sampai dengan 1930-an. Jurnal Ilmu Budaya, 4(1), 617–713. https://doi.org/10.34050/jib.v4i1.768

Nurjanah, Munandar, A., & Arifin, N. H. (2017). Pemetaan dan Penilaian Pemakaman Sejarah

Samudra Pasai di Kabupaten Aceh Utara. Paramita, 2(1), 90–102. https://doi.org/10.15294/paramita.v27i1.9189

Oetomo, R. W. (2007). Nisan Plakpling, Tipe Nisan Peralihan dari Pra- Islam ke Islam.

Berkala Arkeologi Sangkhakala, 10(20), 68–76. https://doi.org/10.24832/bas.v10i20.259

Oetomo, R. W. (2009). Perkembangan Bentuk Nisan Aceh, sebagai Wujud Kreativitas Masyarakat Aceh pada Masa Lalu. Berkala Arkeologi Sangkhakala, 12(23), 80–93. https://doi.org/10.24832/bas.v12i23.206

Oetomo, R. W. (2017). Metamorfose Nisan Aceh, Dari Masa Ke Masa. Berkala Arkeologi Sangkhakala, 19(2), 130–146. https://doi.org/10.24832/sba.v19i2.32

Perret, D., & Razak, K. A. (1999). Batu Aceh, Warisan Sejarah Johor. EFEO dan Yayasan Warisan Johor.

Purnamasari, N. A., & Makmur, D. S. (2022). Identitas Kerajaan Gowa Berdasarkan Koleksi

Museum Balla Lompoa Sungguminasa di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan, 7(2), 105–124. https://doi.org/10.24832/jpnk.v7i2.3182

Rahmatullah, M. A., & Suhaeni. (2021). Hidup dan Perjuangan Syekh Yusuf. Islamika, 15(2), 11–19. https://doi.org/10.33592/islamika.v15i2.2167

Rambe, Y. M. (2021). Aceh dan Perdagangan di Selat Malaka. Historia: Jurnal Program Studi Pendidikan Sejarah, 6(2), 94–101. https://doi.org/10.33373/hstr.v6i2.4981

Rinaldi, & Azmi, S. D. (2020). Ragam Hias Nisan Kompleks Pemakaman Raja Kotalama, Kabupaten Indragiri Hulu, Provinsi Riau. Berkala Arkeologi Sangkhakala, 22(1), 45–54. https://doi.org/10.24832/bas.v22i1.397

Ronald, & Badollahi, M. Z. (2019). Ziarah Makam Syekh Yusuf Al-Makassari di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Pangadereng, 5(1), 64–74. https://doi.org/10.36869/.v5i1.20

Rosmawati. (2011). Tipe Nisan Aceh dan Demak -Troloyo pada Kompleks Makam Sultan

Hasanuddin, Tallo dan Katangka. Walennae, 13(2), 209–220. https://doi.org/10.24832/wln.v13i2.269

Rosmawati. (2013). Perkembangan Tamadun Islam di Sulawesi Selatan, Indonesia: dari Perspektif Arkeologi dan Sejarah. Universiti Sains Malaysia.

Rosmawati, R., Duli, A., & Muda, K. T. (2022). Archaeological Heritage of Ancient Tomb as Evidence of Early Islamic Civilization in the Makassar Etnic Region, Jeneponto South Sulawsi, Indonesia. Proceedings of the 9th Asbam International Conference (Archeology, History, & Culture In The Nature of Malay) (ASBAM 2021), 184–189. https://doi.org/10.2991/assehr.k.220408.025

Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Sulawesi Selatan. (1985). Laporan Pengumpulan Data Peninggalan Sejarah dan Purbakala di Takalar.

Sudirman. (2016). Kronologis Para Sultan Aceh. Balai Pelestarian Nilai Budaya Aceh.

Suprayitno, S. (2012). Islamisasi di Sumatera Utara: Studi Tentang Batu Nisan di Kota Rantang dan Barus. MIQOT: Jurnal Ilmu-Ilmu Keislaman, 36(1), 154–173. https://doi.org/10.30821/miqot.v36i1.113

Susmihara, S. (2016). Kemajuan Budaya Masyarakat Makassar Abad XVII. Jurnal Adabiyah,

(1), 60–69. https://doi.org/10.24252/jad.v17i116i1a5

Umar, A. F. (1999). Industri Makam Islam Allekuang Sidenreng Rappang, Kasus Teknologi Kabur. Walennae, 3(2), 87–96. https://doi.org/10.24832/wln.v2i1.69

Wong, Y. T., & Lee, K. H. (2014). Aceh-Penang Maritime Trade and Chinese Mercantile Networks in the Nineteenth Century. Archipel, 87(1), 173–202. https://doi.org/10.3406/arch.2014.4461

Yatim, O. M. (1988). Batu Aceh Early Islamic Gravestone in Peninsular Malaysia. Museum Association of Malaysia.

Most read articles by the same author(s)