THE DISTRIBUTION OF ACEHNESE TOMBSTONE IN SOUTH SULAWESI PERSEBARAN BATU NISAN ACEH DI SULAWESI SELATAN
Main Article Content
Abstract
This research aims to provide an in-depth understanding of the distribution of the use of Acehnese tombstones in South Sulawesi. This study was carried out using qualitative research methods with an archaeological scientific approach. Primary data in the form of Acehnese tombstones was obtained through direct observation at tomb complexes in South Sulawesi. To complete the primary data, a review of literature relevant to the research topic was also carried out. Research findings show that initially, Aceh tombstones entered South Sulawesi due to maritime sailing and trading activities that fostered cultural connectivity between regions in the Nusantara. At the time, Aceh tombstones became one of the import commodities from the Aceh region to various areas in the Nusantara, including South Sulawesi. Eventually, the high intensity of the use of Aceh tombstones by elite royal figures and nobles likely encouraged the tombstone industry in this area to also produce and create imitations of Aceh tombstones in an effort to meet local demand.
Penelitian ini bertujuan memberikan pemahaman mendalam tentang persebaran penggunaan nisan Aceh di Sulawesi Selatan. Kajian ini dilakukan melalui metode penelitian kualitatif dengan pendekatan keilmuan arkeologi. Data primer berupa batu nisan Aceh diperoleh melalui observasi langsung di kompleks makam yang terdapat di Sulawesi Selatan. Untuk melengkapi data primer, dilakukan juga kajian literatur yang relevan dengan topik penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nisan Aceh awalnya masuk ke Sulawesi Selatan karena adanya aktivitas pelayaran dan perdagangang maritim yang mendorong lahirnya konektivitas budaya antar wilayah di Nusantara. Kala itu, nisan Aceh menjadi salah satu komoditas impor dari wilayah Aceh ke berbagai daerah di Nusantara, termasuk Sulawesi Selatan. Hingga kemudian tingginya intensitas penggunaan nisan Aceh oleh para tokoh elit kerajaan dan bangsawan juga turut mendorong industri pembuatan nisan di wilayah ini untuk memproduksi dan membuat imitasi nisan Aceh sebagai upaya memenuhi permintaan lokal.
Article Details
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Penulis yang naskahnya diterbitkan menyetujui ketentuan sebagai berikut:
- Hak publikasi atas semua materi naskah jurnal yang diterbitkan/dipublikasikan dalam situs E-Journal Walennae ini dipegang oleh dewan redaksi dengan sepengetahuan penulis (hak moral tetap milik penulis naskah).
- Ketentuan legal formal untuk akses artikel digital jurnal elektronik ini tunduk pada ketentuan lisensi Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike (CC BY-NC-SA), yang berarti Jurnal Walennae tidak memiliki tujuan komersial, berhak menyimpan, mengalih media/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan artikel tanpa meminta izin dari Penulis selama tetap mencantumkan nama Penulis sebagai pemilik Hak Cipta.
- Naskah yang diterbitkan/dipublikasikan secara cetak dan elektronik bersifat open access untuk tujuan pendidikan, penelitian, dan perpustakaan. Selain tujuan tersebut, dewan redaksi tidak bertanggung jawab atas pelanggaran terhadap hukum hak cipta.
The Authors whose manuscript are published as detailed as follows:
- The publication rights of all Journal manuscript that published in the Walennae E-Journal website are held by the editorial board with the author's acknowledgement.
- Formal legal provisions for accessing digital articles of electronic journals in the decision of the Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike (CC BY-NC-SA) license, which means Walennae Journal has no commercial purpose, has the right to save, transfer media / format, manage in the form of databases, caring for, and publishing articles without asking permission from the Author as long as it keeps the name of the Author as the Copyright owner.
- Manuscripts published by printed and electronically open access for educational, research and library purposes. In addition, the editorial board is not responsible for copyright infringement
References
Abbas, I., Darmawijaya, D., & Sudrajat, A. (2023). Political Behavior of Sultan Hasanuddin and Sultan: Islamic Political Perspective. Al-Qalam, 29(1), 136. https://doi.org/10.31969/alq.v29i1.1171
Abdullah, A. (2016). Islamisasi di Sulawesi Selatan dalam Perspektif Sejarah. Paramita, 26(1), 86–94. https://doi.org/10.15294/paramita.v26i1.5148
Agustina, R. A., Bosra, M., & Ahmadin. (2023). Peran Datuk Ri Bandang dalam Menyebarkan Islam di Selayar: Study Historis Masuknya Islam di Selayar. Attoriolong, 21(1), 10–16.
Ajis, A. A. (2020). Analisis Morfologi Nisan Sultan-Sultan Kerajaan Samudera Pasai. Panalungtik, 3(2), 143–157. https://doi.org/10.24164/pnk.v3i2.38
Ambary, H. M. (1988). Kota Banda Aceh sebagai Pusat Kebudayaan dan Tamaddun. In Kota Banda Aceh Hampir 1000 Tahun (pp. 12–14). Pemerintah Daerah Tk. II Banda Aceh.
Anugrah, D. (2016). Kerajaan Arungkeke di Jeneponto. In Sejarah dan Budaya Lokal dari Sulawesi sampai Bima (pp. 411–420). Gunadarma Ilmu.
Arsip Nasional Republik Indonesia. (2016). Citra Kabupaten Gowa dalam Arsip. Arsip Nasional Republik Indonesia. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Asmunandar. (2020). Re-Identitas Kota Lama Makassar. Lensa Budaya, 15(1), 1–14.
https://doi.org/10.34050/jlb.v15i1.11079
Caldwell, I., & Bougas, W. . (1992). Fajar Sejarah Binamu dan Bangkala. 14, 1–54.
Cummings, W. (2010). The Makassar Annals. KITLV Press.
Dafirah. (2016). Profil kepemimpinan raja-raja Wajo (Sulawesi Selatan) dalam Lontaraq
Akkarungeng ri Wajo. Manuskripta, 6(4), 19–38. https://doi.org/10.33656/manuskripta.v6i2.52
Dajadiningrat, R. H. (1982). Kesultanan Aceh (Suatu Pembahasan Tentang Sejarah Kesultanan Aceh Berdasarkan Bahan-Bahan yang Terdapat dalam Karya Melayu). Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Darmawijaya. (2017). Penjelasan Sejarah atas Keluarnya Arung Palakka dari Barisan Sultan
Hasanuddin Menjelang Perang Makassar. Walasuji, 8(1), 27–43. https://doi.org/10.36869/wjsb.v8i1.103
Feener, R. M., Daly, P., McKinnon, E. E., En-Ci, L. L., Ardiansyah, Nizamuddin, Ismail, N., Seng, T. Y., Rahardjo, J., & Sieh, K. (2021). Islamisation and the Formation of Vernacular Muslim Material Culture in 15th-Century Northern Sumatra. Indonesia and the Malay World, 49(143), 1–41. https://doi.org/10.1080/13639811.2021.1873564
Hadrawi, M. (2017). Bangkala dan Binamu: Suatu Kajian Naskah Lontara’ dalam Sosial
Politik Jeneponto Kuno. Etnosia, 2(2), 22–47. https://doi.org/10.31947/etnosia.v3i1.3608
Hadrawi, M. (2018). Sea Voyages and Occupancies of Malayan Peoples At the West Coast of South Sulawesi. International Journal of Malay-Nusantara Studies, 1(1), 80–95.
Hasanuddin, & Burhan, B. (2011). Bentuk dan Ragam Hias Makam Islam Kuno di Kabupaten
Jeneponto Sulawesi Selatan. Walennae, 12(1), 85–100. https://doi.org/10.24832/wln.v13i1.254
Husni, M., & Hasanuddin. (2011). Potensi dan Sebaran Arkeologi Masa Islam di Sulawesi Selatan. Walennae, 12(1), 113–122. https://doi.org/10.24832/wln.v16i1.329
Inagurasi, L. H. (2017). Ragam Hias Batu Nisan Tipe Aceh pada Makam-Makam Kuna di Indonesia Abad Ke 13-17. Kalpataru Majalah Arkeologi, 26(1), 37–52. https://doi.org/10.24832/kpt.v26i1.259
Ismail, M. U. bin, Rammlu, Z., & Zakaria, R. M. A. (2022). Islamic Art Influences on Several Batu Aceh Gravestones in Sumatra and the Malay Peninsular: Revisited. The Islamic Quarterly, 66(1), 1–38.
Jalil, L. A., Harsela, S. J., & Ninghadiyati, U. (2023). Nisan Tipe Aceh Di Situs Raja-Raja Banjar: Bukti Hubungan Kesultanan Aceh-Banjar pada Abad Ke 17-18 M. JIM: Jurnal
Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Sejarah, 8(3), 921–937. https://doi.org/10.24815/jimps.v8i3.24900
Juliani, R. (2017). Menarik Benang Merah Hubungan Aceh dengan Sulawesi Selatan. Source: Jurnal Ilmu Komunikasi, 3(1). https://doi.org/10.35308/source.v3i1.633
Khan, S. B. A. L. (2015). Response and Resilience: Aceh’s Trade in the Seventeenth Century.
Indonesia, 2015(100), 33–51. https://doi.org/10.5728/indonesia.100.0033
Khusyairi, J. A., Latif, A., & Samidi. (2016). Berlayar Menuju Pulau Dewata: Migrasi OrangOrang Bugis-Makassar ke Bali Utara. Jurnal Masyarakat & Budaya, 18(1), 121–132. https://doi.org/10.14203/jmb.v18i1.345
Kila, S. (2013). Syekh Yusuf Tuanta Salamaka: Pemujaannya di Tanah Makassar. Al-Qalam, 19(2), 177–186. https://doi.org/10.31969/alq.v19i2.166
Kila, S. (2018). Syekh Yusuf: Pahlawan Nasional Dua Bangsa Lintas Benua. Walasuji, 9(2), 237–248. https://doi.org/10.36869/wjsb.v9i2.44
Lambourn, E. (2004). The Formation of the Batu Aceh Tradition in Fifteenth-Century Samudera-Pasai. Indonesia and the Malay World, 32(93), 211–248. https://doi.org/10.1080/1363981042000320143
Lambourn, E. (2008). Tombstones, Texts, and Typologies: Seeing Sources for The Early History of Islam in Southeast Asia. Journal of the Economic and Social History of the Orien, 51(2), 252–286. https://doi.org/10.1163/156852008X307447
Mahmud, M. I. (2013). Pelayaran dan Perdagangan Abad XVII-XIX Bugis-Makassar ke Papua. Papua, 5(1), 37–57. https://doi.org/10.24832/papua.v5i1.57
Makmur, Purnamasari, N. A., Hasanuddin, Ramli, M., Hadrawi, M., AKW, B., & Sahroni, A. (2022). Nisan Khas Bugis Bone: Pertemuan Budaya Lokal dengan Agama Islam. Walennae, 20(2), 97–112. https://doi.org/10.24832/wln.v20i2.713
Mohamed, A., Mat, F. H. B., Mutalib, S., Rahman, S. A., & Arshad, N. H. (2008). Batu Aceh Typology Identification Using Back Propagation Algorithm. Weseas Transcation on Information Science & Application, 1(5), 14–21.
Muhaeminah. (2014). Laporan Penelitian Jejak-Jejak Arkeologi Awalul Islam Tahap II.
Muhaeminah, & Makmur. (2016). Jejak Orang Melayu Sebagai Penyebar Agama Islam Di
Kerajaan Gowa-Tallo. Al-Qalam, 21(2), 375–386. https://doi.org/10.31969/alq.v21i2.234
Mukhtar, A. H. H., Ramli, Z., Samsuddin, M., Wahab, M. R. A., Ali, M. S. M., & Hasni, M. T. (2016). Batu Acheh: Jumpaan Terbaharu di Pulau Langkawi, Kedah Malaysia. In A. Duli, B. Arafah, Z. Ramli, M. Hadrawi, T. Maknum, R. M. A. Zakaia, & A. M. Akhmar (Eds.), Prosiding Seminar Antarbangsa Arkeologi, Sejarah, Budaya dan Bahasa di Alam Melayu Nusantara (ASBAM) ke-5 (pp. 569–586). Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin.
Mulyadi, Y. (2021). Makam-Makam Islam di Kerajaan Gowa dan Tallo dari Abad XVII-XX Masehi: Pertarungan Identitas dan Relasi Kuasa. Universitas Indonesia.
Mutmainnah, Najamuddin, & Ridha, M. R. (2021). Kerajaan Gowa pada Masa Pemerintahan I Mangarangi Daeng Manrabbia 1593-1639. Attoriolog, 9(1), 1–10. https://ojs.unm.ac.id/Attoriolong/article/view/20594
Muttalib, A. (1985). Kompleks Makam Sultan Hasanuddin. Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Sulawesi Selatan.
Nasruddin. (2014). Usaha La Sangkuru Patau dalam Mengembangkan Agama Islam di Kerajaan Wajo. Jurnal Adabiyah, XIV(2), 143–149. https://journal.uinalauddin.ac.id/index.php/adabiyah/article/view/356
Nur, M. (2018). Transformasi Bentuk Makam Raja-Raja Tanete dari Abad ke-17 Hingga Abad ke-20. Walennae, 16(1), 55–68. https://doi.org/10.24832/wln.v16i1.329
Nur, M., & Hasanuddin. (2017). Unsur Budaya Prasejarah dan Tipo-kronologi Nisan di Kompleks Makam Mattakko, Maros, Sulawesi Selatan. Arkeologi Papua, 9(1), 59–70. https://doi.org/10.24832/papua.v9i1.207
Nur, M., Yusriana, Y., Duli, A., Muda, K. T., Rosmawati, R., Akhmar, A. M., Mansyur, S.,
A.S., C., & Asmunandar, A. (2020). The Relationship of Soppeng with Other Region between 17th and 19th Centuries Based on Grave Data at Jera Lompoe. Walennae, 18(2), 119–130. https://doi.org/10.24832/wln.v18i2.493
Nur, N., Purwanto, B., & Suryo, D. (2016). Perdagangan dan Ekonomi di Sulawesi Selatan, pada Tahun 1900-an Sampai dengan 1930-an. Jurnal Ilmu Budaya, 4(1), 617–713. https://doi.org/10.34050/jib.v4i1.768
Nurjanah, Munandar, A., & Arifin, N. H. (2017). Pemetaan dan Penilaian Pemakaman Sejarah
Samudra Pasai di Kabupaten Aceh Utara. Paramita, 2(1), 90–102. https://doi.org/10.15294/paramita.v27i1.9189
Oetomo, R. W. (2007). Nisan Plakpling, Tipe Nisan Peralihan dari Pra- Islam ke Islam.
Berkala Arkeologi Sangkhakala, 10(20), 68–76. https://doi.org/10.24832/bas.v10i20.259
Oetomo, R. W. (2009). Perkembangan Bentuk Nisan Aceh, sebagai Wujud Kreativitas Masyarakat Aceh pada Masa Lalu. Berkala Arkeologi Sangkhakala, 12(23), 80–93. https://doi.org/10.24832/bas.v12i23.206
Oetomo, R. W. (2017). Metamorfose Nisan Aceh, Dari Masa Ke Masa. Berkala Arkeologi Sangkhakala, 19(2), 130–146. https://doi.org/10.24832/sba.v19i2.32
Perret, D., & Razak, K. A. (1999). Batu Aceh, Warisan Sejarah Johor. EFEO dan Yayasan Warisan Johor.
Purnamasari, N. A., & Makmur, D. S. (2022). Identitas Kerajaan Gowa Berdasarkan Koleksi
Museum Balla Lompoa Sungguminasa di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan, 7(2), 105–124. https://doi.org/10.24832/jpnk.v7i2.3182
Rahmatullah, M. A., & Suhaeni. (2021). Hidup dan Perjuangan Syekh Yusuf. Islamika, 15(2), 11–19. https://doi.org/10.33592/islamika.v15i2.2167
Rambe, Y. M. (2021). Aceh dan Perdagangan di Selat Malaka. Historia: Jurnal Program Studi Pendidikan Sejarah, 6(2), 94–101. https://doi.org/10.33373/hstr.v6i2.4981
Rinaldi, & Azmi, S. D. (2020). Ragam Hias Nisan Kompleks Pemakaman Raja Kotalama, Kabupaten Indragiri Hulu, Provinsi Riau. Berkala Arkeologi Sangkhakala, 22(1), 45–54. https://doi.org/10.24832/bas.v22i1.397
Ronald, & Badollahi, M. Z. (2019). Ziarah Makam Syekh Yusuf Al-Makassari di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Pangadereng, 5(1), 64–74. https://doi.org/10.36869/.v5i1.20
Rosmawati. (2011). Tipe Nisan Aceh dan Demak -Troloyo pada Kompleks Makam Sultan
Hasanuddin, Tallo dan Katangka. Walennae, 13(2), 209–220. https://doi.org/10.24832/wln.v13i2.269
Rosmawati. (2013). Perkembangan Tamadun Islam di Sulawesi Selatan, Indonesia: dari Perspektif Arkeologi dan Sejarah. Universiti Sains Malaysia.
Rosmawati, R., Duli, A., & Muda, K. T. (2022). Archaeological Heritage of Ancient Tomb as Evidence of Early Islamic Civilization in the Makassar Etnic Region, Jeneponto South Sulawsi, Indonesia. Proceedings of the 9th Asbam International Conference (Archeology, History, & Culture In The Nature of Malay) (ASBAM 2021), 184–189. https://doi.org/10.2991/assehr.k.220408.025
Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Sulawesi Selatan. (1985). Laporan Pengumpulan Data Peninggalan Sejarah dan Purbakala di Takalar.
Sudirman. (2016). Kronologis Para Sultan Aceh. Balai Pelestarian Nilai Budaya Aceh.
Suprayitno, S. (2012). Islamisasi di Sumatera Utara: Studi Tentang Batu Nisan di Kota Rantang dan Barus. MIQOT: Jurnal Ilmu-Ilmu Keislaman, 36(1), 154–173. https://doi.org/10.30821/miqot.v36i1.113
Susmihara, S. (2016). Kemajuan Budaya Masyarakat Makassar Abad XVII. Jurnal Adabiyah,
(1), 60–69. https://doi.org/10.24252/jad.v17i116i1a5
Umar, A. F. (1999). Industri Makam Islam Allekuang Sidenreng Rappang, Kasus Teknologi Kabur. Walennae, 3(2), 87–96. https://doi.org/10.24832/wln.v2i1.69
Wong, Y. T., & Lee, K. H. (2014). Aceh-Penang Maritime Trade and Chinese Mercantile Networks in the Nineteenth Century. Archipel, 87(1), 173–202. https://doi.org/10.3406/arch.2014.4461
Yatim, O. M. (1988). Batu Aceh Early Islamic Gravestone in Peninsular Malaysia. Museum Association of Malaysia.